Powered By Blogger

Rabu, 08 Februari 2012

faktor yang mempengaruhi stek

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.

4.1.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983).

Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).

4.2.Faktor Dari Dalam Tanaman

Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)

a. Umur Bahan Stek

Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.

b. Jenis Tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).

c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Boulenne dan Went, 1933 dalam Hartman, 1983).

d. Persediaan Bahan Makanan

Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.

e. Zat pengatur Tumbuh

Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984). Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).

Zat pengatur tumbuh Rootone-F termasuk dalam kelompok auksin. Secara teknis Rootone-F sangat aktif mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar sehingga penyerapan air dan unsur hara tanaman akan banyak dan dapat mengimbangi penguapan air pada bagian tanaman yang berada di atas tanah dan secara ekonomis penggunaan Rootone-F dapat menghemat tenaga, waktu, dan biaya (Soemarno, 1987 dalam Puttileihalat, 2001). Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara pemberian dengan perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode perendaman, konsentrasi zat pengatur tumbuh bervariasi antara 20 ppm sampai 200 ppm tergantung kemampuan jenis tersebut berakar (Hartman, 1983). Dalam mengaplikasikan hormon perlu diperhatikan ketepatan dosis, karena jikalau dosis terlampau tinggi bukannya memacu pertumbuhan tanaman tetapi malah menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan keracunan pada seluruh jaringan tanaman
Perbanyakan tanaman nilam
dilakukan dengan stek batang karena
tanaman ini jarang berbunga. Kesuksesan
perbanyakan nilam dengan stek batang,
dipengaruhi berbagai faktor antara lain
faktor perakaran dan ketersediaan hormon
tanaman, khususnya auksin. Zimmerman
and Wilcoxon, 1953 dalam Candace etc.
2000 menyatakan bahwa berbagai
penelitian telah dilakukan dan berhasil
membuktikan bahwa auksin berperan dalam
pembentukan akar adventif.
Berdasarkan hasil analisis statistik
data pengamatan stek batang nilam
(pogostemon cablin), diketahui bahwa IBA
(Indole Butyric Acid) pada konsentrasi
rendah yaitu 25 ppm tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar dan
berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Pada konsentrasi tersebut (25 ppm), IBA
memberikan pengaruh optimal terhadap
jumlah akar dan panjang akar. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi rendah,
IBA akan mendorong pemanjangan akar
dan pembentukan akar (Heddy, 1989).
Tetapi data rerata jumlah akar dan panjang
akar menunjukkan bahwa IBA 25 ppm
memberikan hasil terbaik daripada IBA 50
ppm dan 75 ppm. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi IBA yang optimal yakni 25 ppm
akan mendorong pertumbuhan akar,
sedangkan perlakuan IBA 50 ppm dan 75
ppm diduga telah melebihi nilai optimum
sehingga aktivitas pemanjangan dan
pembelahan sel mengalami penurunan.
Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan
Danoesastro (1964), bahwa keefektifan zat
tumbuh eksogen hanya terjadi pada
konsentrasi tertentu. Pada konsentrasi
terlalu tinggi dapat merusak, sedangkan
pada konsentrasi yang terlalu rendah tidak
efektif. Mekanisme pembentukan akar yaitu
: Auksin akan memperlambat timbulnya
senyawa-senyawa dalam dinding sel yang
berhubungan dengan pembentukan kalsium
pektat, sehingga menyebabkan dinding sel
menjadi lebih elastis (Hastuti dkk, 2002).
Akibatnya sitoplasma lebih leluasa untuk
mendesak dinding sel ke arah luar dan
memperluas volume sel. Selain itu, auksin
menyebabkan terjadinya pertukaran antara
ion H+ dengan ion K+. Ion K+ akan masuk
ke dalam sitoplasma dan memacu
penyerapan air ke dalam sitoplasma tersebut
Buletin Anatomi dan Fisiologi
Vol. XV, No. 2, Oktober 2007
5
untuk mempertahankan tekanan turgor
dalam sel, sehingga sel mengalami
pembentangan. Setelah mengalami
pembentangan maka dinding sel akan
menjadi kaku kembali karena terjadi
kegiatan metabolik berupa penyerapan ion
Ca+ dari luar sel, yang Ca+ dari luar sel, yang akan
menyempurnakan susunan kalsium pektat
dalam dinding sel.
Perlakuan kontrol menghasilkan
nilai rerata jumlah dan panjang akar paling
rendah. Hal ini disebabkan karena tanpa
pemberian IBA, auksin endogen belum
cukup untuk mempercepat pembentukan
akar pada stek batang nilam.
Jumlah akar yang tumbuh, panjang
akar, serta adanya bulu akar berpengaruh
terhadap luas bidang penyerapan. Semakin
luas bidang penyerapan maka akan semakin
banyak air dan unsur harta yang diserap
(Weier, 1982), sehingga akan
mempengaruhi berat basah dan berat kering
tanaman. Berat basah tanaman adalah berat
tanaman setelah dikeringkan dalam oven,
sehingga kadar airnya telah hilang dan yang
tersisa hanya senyawa-senyawa kimia yang
terkandung dalam tanaman. Berdasarkan
hasil pengamatan, diketahui bahwa
perlakuan IBA 25 ppm menunjukkan hasil
terbaik pada berat basah dan berat kering
tanaman nilam, daripada perlakuan IBA 50
ppm dan 75 ppm. Kondisi ini disebabkan
karena pada konsentrasi tersebut perakaran
nilam tumbuh optimal, sehingga air dan
unsur hara yang diserap akan semakin
banyak. Harjadi (1991), menyatakan bahwa
media tanah dan penyinaran ikut
mempengaruhi berat basah. Hal itu juga
menyebabkan stek batang nilam memiliki
biomassa tertinggi, sehingga terdapat lebih
banyak senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman dan meningkatkan berat
kering tanaman.
Pembentukan akar sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan stek.
Persentase keberhasilan tertinggi pada stek
batang yaitu 100%, dicapai pada
konsentrasi 25 ppm. Dalam hal ini, IBA
pada konsentrasi tersebut mampu
mengoptimalkan perakaran, sehingga
penyerapan nutrien dapat dilakukan secara
optimal. Nutrien yang diserap tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sebelum
cadangan makanan yang dimiliki habis.
Persentase hidup paling rendah dari stek
batang nilam yaitu 20% terjadi pada
perlakuan kontrol, terdapat rerata jumlah
dan panjang akar paling rendah. Meskipun
dalam stek batang nilam terdapat auksin
endogen, tetapi konsentrasi auksin endogen
yang terdapat dalam tanaman tersebut tidak
mampu untuk mempercepat pertumbuhan
akar, sehingga pengambilan nutrien menjadi
rendah. Pengambilan nutrien yang rendah
menyebabkan kurangnya nutrien yang
masuk untuk menggantikan cadangan yang
telah habis, sehingga tanaman tersebut akan
mati.
1. Perendaman stek batang tanaman
nilam (P. cablin) dalam IBA
berpengaruh nyata terhadap panjang
akar, berat basah dan berat kering.
2. Konsentrasi IBA 25 ppm
berpengaruh optimal terhadap
panjang akar, berat basah dan berat
kering stek batang nilam.
3. IBA 25 ppm merupakan konsentrasi
optimal bagi pembentukan stek
batang nilam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar