Powered By Blogger

Selasa, 07 Februari 2012

biomassa serasah - agroklimat

PENGUKURAN BIOMASSA SERASAH



 

LAPORAN
 


Oleh :

MUKLIS ADI PUTRA / 080302017 
HPT
VI











LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
PENGUKURAN BIOMASSA SERASAH

 

LAPORAN
 


Oleh :

MUKLIS ADI PUTRA / 080302017 
HPT
VI


Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan


Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium


(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS)
                                            NIP: 1961 083 198803 2004
  
    Disetujui Oleh:                                                                   Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator                                                             Asisten Korektor



(M. Aziz Kartama)                                                             (Rahmat Budiyanto)
  NIM: 060301009                                                                NIM: 060301041




LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengukuran Biomassa Serasah” yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah Ekologi Tanaman, yaitu : Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum,MSi, Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MP dan Ir. Irsyal, MS., serta kepada asisten yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian laporan ini.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.             Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan laporan ini.
            Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
                       

                                                                                                 Medan,    April 2010
                                                                                                             

      Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................  i
DAFTAR ISI  ................................................................................................  ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................  1
           Tujuan Percobaan ..................................................................................  2
           Kegunaan Penulisan ..............................................................................  2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan ............................................................. 6
Bahan dan Alat .................................................................................... 6
Metode Percobaan................................................................................ 6

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pemilihan Lokasi................................................................................... 8
Bentuk dan Ukuran Plot....................................................................... 8
Aplikasi Plot......................................................................................... 8
Pengambilan Sampel............................................................................. 8
            Parameter Pengamatan.......................................................................... 9
                        Diversitas.................................................................................. 9
                        Dominansi Serasah.................................................................... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN
             Hasil .................................................................................................... 10
             Pembahasan ........................................................................................ 10

KESIMPULAN
Kesimpulan........................................................................................... 12
Saran..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata            5 - 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 - 15 cm. Tanaman mahoni banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan sebagai pohon pelindung. Pohonnya yang besar cocok untuk berteduh. Disamping itu karena sifatnya yang tahan panas/hidup di tanah gersang sehingga tanaman ini tetap bertahan menghiasi tepi jalan di beberapa daerah (Cinthya, 2006).
            Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas (Ma’ruf, 2008).
            Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat (Indriyanto, 2007).
            Cahaya juga sangat penting pada organisme tumbuhan untuk fotosintesis. Tanaman secara umum dapat dibagi dua kelompok yaitu spesies yang toleran dan spesies yang tidak toleran terhadap naungan. Spesies yang toleran terhadap naungan mempunyai laju fotosintesis yang rendah sedangkan spesies yang tidak toleran terhadap naungan mempunyai laju fotosintesis yang tinggi sehingga pertumbuhannya juga cepat (Suin, 2003).
            Produktivitas suatu komunitas merupakan satu refleksi dari fotosintesis neto dari spesies-spesies komponennya, dan dipengaruhi kuat oleh banyak faktor selain dari pada intensitas cahaya. Variasi di dalam produktivitas antarkomunitas dapat merupakan akibat faktor-faktor lingkungan, seperti temperatur atau ketersediaan air atau nutrien-nutrien mineral, atau mungkin suatu refleksi dari ’’umur’’ komunitas tersebut (Fitter dan Hay, 1991).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengukuran biomassa serasah pada hutan  Tridarma.
Kegunaan Percobaan
-        Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Ekologi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
-        Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

            Sistem produksi dalam ekosistem erat hubungannya dengan daur materi dan aliran energi. Produksi merupakan istilah umum bagi para ahli ekologi yang digunakan untuk proses pemasukan dan penyimpanan energi di dalam ekosistem. Produktivitas dari suatu ekosistem adalah kecepatan cahaya matahari yang diikat oleh vegetasi menjadi produktivitas kotor (gross), sesuai dengan kecepatan fotosintesis (Irwan, 2009).
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi. Dengan konsep ekosistem, komponen-komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam suatu sistem. Cara inilah yang dimaksudkan dengan pendekatan ekosistem atau pendekatan holistik (Irwan, 2009).
            Ada beberapa bentuk energi yang digunakan dunia kehidupan tetapi pada dasarnya merupakan salah satu dari dua kelompok yaitu energi radiasi dan energi terikat. Organisme yang dapat memanfaatkan energi dari bahan-bahan anorganik menjadi bahan-bahan organik disebut autotrop dan organisme yang langsung memanfaatkan sinar matahari disebut autotrop fotosintetik. Ada dua tipe organisme heterotropik yaitu konsumen yang mengandalkan energinya dari organisme hidup dan dekomposan yang tergantung kepada organisme mati atau senyawa-senyawa organik yang tersebar di lingkungan alam                 (Wirakusumah, 2003).
            Standing crop biomass (dinyatakan dengan berat kering atau kandungan kalori total organisme pada suatu waktu) dapat ditunjang oleh aliran energi yang konstan dalam rantai makanan dan sampai batas tertentu dipengaruhi oleh ukuran organisme. Makin kecil organisme akan makin besar metabolisme per gram biomassa. Akibatnya ialah makin kecil organisme makin kecil biomassa               yang dapat ditunjang pada jenjang makanan tertentu dari ekosistem.                  Sebaliknya makin besar organisme makin besar standing crop biomassa-nya                                     (Heddy dan Kurniati, 1996).
            Fotosintesis merupakan bagian yang amat penting dalam ekosistem yang bertindak sebagai produsen. Disamping itu oksigen yang dihasilkan pada peristiwa ini sangat dibutuhkan oleh semua organisme untuk pernapasan. Di hutan, dalam proses fotosintesa, tanaman menyerap karbondioksida dari atmosfer, menyimpan karbonnya dan melepaskan gas oksigennya kembali ke atmosfer. Hutan yang sedang tumbuh (hutan yang masih muda) akan berfungsi sangat baik sebagai carbon sinks, karena vegetasi di sana secara cepat akan menyerap banyak gas karbondioksida pada proses fotosintesa dalam rangka tumbuh dan berkembangnya vegetasi (Hanum, 2009).
Kualitas serasah yang beragam akan menentukan tingkat penutupan permukaan tanah oleh serasah. Kualitas serasah berkaitan dengan kecepatan pelapukan serasah (dekomposisi). Semakin lambat lapuk maka keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lebih lama. Swietenia mahagoni yang kecepatan pelapukannya lebih lama. Tanaman dari golongan Leguminosae dan tanaman eksotik Swietenia mahagoni merupakan tanaman yang paling banyak dijumpai dikarenakan kedua jenis tanaman tersebut umum digunakan sebagai tanaman penghijauan di area hutan. Berdasarkan pengamatan morfologi dilapang, serasah tanaman dari golongan Leguminosae merupakan serasah yang mudah terdekomposisi. Serasah asal daun tanaman yang kandungan Nnya tinggi (>3%) akan lebih cepat                   lapuk dan keberadaannya di permukaan tanah relatif singkat yaitu sekitar 4-6 minggu                        (Putri,dkk, 2008).
            Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Sehingga parameter ini barangkali merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif apabila tujuan utama adalah untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu (Sitompul dan Guritno, 1995).
            Pada dasarnya kehidupan organisme itu bergantung pada lingkungannya, dan jika terjadi perubahan pada lingkungan tersebut maka akan menyebabkan perubahan juga pada organisme yang hidup diatasnnya. Dengan kata lain lingkungan hidup organisme harus sesuai dengan persyaratan hidup organisme (Hanum, 2009)
Diversitas spesies pohon yang tinggi memberi masukan serasah yang beragam. Selain itu, diversitas yang tinggi menunjukkan bahwa suatu ekosistem memiliki tingkat stabilitas ekologis yang tinggi pula. Stabilitas ekologis ini sangat penting untuk kesehatan ekosistem di dalam hutan karena hal ini mampu mengindikasikan bahwa semua proses aliran energi dan interaksi organisme secara alami sedang berfungsi dengan baik (Putri,dkk, 2008).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
            Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman dan di Hutan Universitas, Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada tanggal 18 Februari 2010 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat

            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah serasah mahoni sebagai objek percobaan, serasah asam jawa sebagai objek percobaan.
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pacak sebagai penanda antara petakan serasah, tali plastik sebagai penanda beberapa petakan serasah, amplop coklat sebagai tempat atau wadah untuk meletakkan serasah dalam kondisi berat basah, timbangan untuk menimbang serasah berat basah, oven untuk mengeringkan serasah dan untuk mendapatkan berat kering serasah, meteran untuk menentukan jarak antara beberapa petakan.
Metode Percobaan
            Percobaan ini menggunakan metode sampling yaitu metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan lalu mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran dengan metode ini untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan menggunakan persamaan alometrik. Meskipun metode ini terhitung akurat untuk menghitung biomass pada cakupan area kecil, metode ini sangat memakan waktu.
Berat basah keseluruhan pohon dan komponen-komponennya dapat dibagi atau dibedakan dengan cara ini atau melalui cara sampling.                          Membagi berdasarkan kadar air dan berat kering umumya memerlukan proses laboratorium. Metode untuk mengestimasikan berat dan volume semak dan vegetasi lain mengandung prinsip yang sama dengan pengukuran untuk pohon.









PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pemilihan Lokasi
            Sebelum melakukan pengukuran lapangan, pengambilan lokasi sampling diambil secara acak (simple random).
Bentuk dan Ukuran Plot
            Bentuk plot yang  dipakai adalah bujur sangkar atau persegi panjang. Ukuran plot yaitu dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m.          
Aplikasi Plot
            Ditancapkan pacak ke tanah untuk menandakan dan membuat petakan menjadi 3 bagian. Lalu pacak yang sudah tertancap didalam tanah diikat dengan tali yang berbeda warna pada setiap plotnya.
Pengambilan Sampel
            Sisa-sisa bagian tanaman yang mati, daun dan ranting gugur yang terdapat dalam setiap kuadran diambil. Selanjutnya dimasukkan ke dalam amplop cokelat lalu sampel dipisahkan berdasarkan spesiesnya dan ditimbang berat basahnya lalu diberi label sesuai dengan kode kuadran. Lalu sampel dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan dan untuk mendapatkan data berat kering.


Parameter Pengamatan
Diversitas
Kekayaan taksa atau Diversitas (K) serasah ditentukan melalui banyaknya jumlah total spesies dari suatu taksa yang ditemukan pada setiap petakan.
Dominansi Petakan
            Dominansi serasah di setiap petakan ditentukan dengan cara mengukur biomassa dari masing-masing spesies yang ditemukan di setiap petakan, dan biomassa terbesar dari suatu spesies merupakan serasah yang dominan














HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Spesies
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
TBB (gr)
TBK (gr)
BB (gr)
BK (gr)
BB (gr)
BK (gr)
BB (gr)
BK (gr)
Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq.)
10
9
9
8
11
10
30
27
Asam jawa
(Tamarindus indica)

2
1
-
-
-
-
2
1

Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa banyaknya jumlah total spesies dari suatu taksa yang ditemukan pada setiap petakan adalah 2 spesies yaitu mahoni dan asam jawa. Hal ini dikarenakan spesies tersebut tumbuh dan berkembang dan banyak ditemukan di areal hutan dan diversitas spesies pohon yang tinggi memberi masukan serasah yang beragam. Hal ini sesuai dengan literatur Putri, dkk (2008) yang menyatakan bahwa diversitas spesies pohon yang tinggi memberi masukan serasah yang beragam. Selain itu, diversitas yang tinggi menunjukkan bahwa suatu ekosistem memiliki tingkat stabilitas ekologis yang tinggi pula. Stabilitas ekologis ini sangat penting untuk kesehatan ekosistem di dalam hutan karena hal ini mampu mengindikasikan bahwa semua proses aliran energi dan interaksi organisme secara alami sedang berfungsi dengan baik.
            Dari hasil percobaan diketahui bahwa pohon mahoni                    (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan spesies serasah yang paling banyak mendominasi dengan total berat kering sebesar 27 gram. Hal ini dikarenakan pohon mahoni banyak ditemukan tumbuh liar di areal hutan karena pohon mahoni umum digunakan sebagai tanaman penghijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan putri, dkk (2008) yang menyatakan bahwa tanaman eksotik Swietenia mahagoni merupakan tanaman yang paling banyak dijumpai dikarenakan jenis tanaman tersebut umum digunakan sebagai tanaman penghijauan.
            Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa serasah tanaman dari asam jawa merupakan serasah yang mudah terdekomposisi. Hal ini menyebabkan keberadaannya di permukaan tanah relatif singkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putri, dkk (2008) yang menyatakan bahwa serasah asal daun tanaman yang kandungan N-nya tinggi (>3%) akan lebih cepat lapuk dan keberadaannya di permukaan tanah relatif singkat yaitu sekitar 4 – 6 minggu.
            Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa serasah tanaman dari mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan serasah yang kecepatan pelapukannya lebih lama. Hal ini mengakibatkan semakin lambat lapuk maka keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lama. Hal ini sesuai dengan literatur Putri, dkk (2008) yang menyatakan bahwa kualitas serasah yang beragam akan menentukan tingkat penutupan permukaan tanah oleh serasah. Kualitas serasah berkaitan dengan kecepatan pelapukan serasah (dekomposisi). Semakin lambat lapuk maka keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lebih lama. Swietenia mahagoni yang kecepatan pelapukannya lebih lama.




KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa banyaknya jumlah total spesies dari suatu taksa yang ditemukan pada setiap petakan adalah 2 spesies yaitu mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dan asam jawa (Tamarindus indica)
2.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa pohon mahoni                          (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan spesies serasah yang paling banyak mendominasi dengan total basah sebesar 30 gram dan total berat kering sebesar 27 gram.
3.      Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa serasah tanaman dari asam jawa merupakan serasah yang mudah terdekomposisi.
4.      Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa serasah tanaman dari mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) merupakan serasah yang kecepatan pelapukannya         lebih lama dibandingkan dengan serasah serasah asam jawa.
5.      Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa serasah tanaman yang paling terendah adalah tanaman asam jawa (Tamarindus indica) dengan berat basah sebesar 2 gram dan berat kering 1 gram.
Saran
      Diharapkan dalam percobaan biomassa, praktikan memperhatikan jumlah dan nilai data dengan baik agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegiatan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Cinthya.    2006.   Mahoni. Diakses dari http://journal/item/5/Mahoni_ Swietenia_
mahagoni_Jacq. Diakses pada tanggal 3 April 2010 pada pukul                18.05 WIB.

Fitter, A. H dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan oleh S. Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hanum, C., 2009. Ekologi Tanaman. USU Press, Medan.

Heddy, S dan M. Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi, Suatu Bahasan Tentang Kaidah Ekologi Dan Penerapannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Indriyanto. 2007. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.

Irwan, Z. D., 2009. Prinsip-Prinsip Ekologi Dan Organisasi Ekosistem Komunitas Dan Lingkungan. Bumi Aksara, Jakarta.

Ma;ruf, A. 2008. Tumbuhan Paku-Pakuan Indonesia. Diakses dari http:// journal/item/5/Tumbuhan_Paku_Pakuan_Indonesia. Diakses pada tanggal 3 April 2010 pada pukul 19.01 WIB.

Putri, D. P., E. Arisoesilaningsih dan B. Rahardi. 2008. Significant Role of Purwodadi Botanical Garden as Plant Litter C-Sink of Excessive CO2 in the Global Warming Era. Diakses dari http://fisika.brawijaya.ac.id/bss-ub/PDF%20FILES/BSS_199_1.pdf. Diakses pada tanggal 3 April 2010 pada pukul 18.00 WIB.

Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suin, N. M., 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press, Padang.

Wirakusumah, S., 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi Dan Komunitas.               UI Press, Jakarta.


 


           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar