Powered By Blogger

Selasa, 07 Februari 2012

allelopati di lab agroklimat

PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN JAGUNG (Zea mays L.)



 

LAPORAN
 


Oleh :

MUKLIS ADI PUTRA / 080302017  
HPT
VI








LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010


PENGARUH ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN JAGUNG (Zea mays L.)

 

LAPORAN
 


Oleh :

MUKLIS ADI PUTRA / 080302017 
HPT
VI

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan


Ditugaskan Oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium


(Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS)
                                            NIP: 1961 083 198803 2004

  
    Disetujui Oleh:                                                                   Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator                                                             Asisten Korektor


(M. Aziz Kartama)                                                                (  Elfiza Khaterine  )
  NIM: 060301009                                                                  NIM: 070301022




LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan buku kecil ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari buku kecil ini adalah “Pembuatan MOL Dan Kompos Organik” yang merupakan hasil karya anak bangsa yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu di bidang pertanian, peningkatan kreatifitas petani serta melindungi lingkungan dengan masalah sampah.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sobirin Supryadiyono yang merupakan sumber informasi dan petani yang memberikan informasi. Terlebih kepada keluarga dan famili yang mendukung demi terbitnya buku ini.
            Penulis menyadari bahwa buku kecil ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan buku kecil ini.
            Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga buku kecil ini bermanfaat bagi kita semua.
                       

                                                                                                 Medan,    Juni 2010
                                                                                                             
      Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................  i
DAFTAR ISI  ........................................................................................................  ii
PENDAHULUAN  ...............................................................................................  1

PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) ................................  5
MOL Tapai  ................................................................................................  6
MOL Tapai Nenas ......................................................................................  8            
MOL Nasi Basi............................................................................................ 10
MOL Sampah Rumah Tangga ....................................................................  8            
MOL Rebung............................................................................................... 10
MOL Bonggol Pisang .................................................................................  8            
MOL Keong................................................................................................ 10


PEMBUATAN KOMPOS DALAM KARUNG MAUPUN WADAH............

SAYUR SUBUR PAKAI MOL...........................................................................
Lobak ..........................................................................................................  13
Bayam .........................................................................................................  13
Kangkung.................................................................................................... 13
Pepaya.......................................................................................................... 14
Tomat...........................................................................................................   34

HASIL DAN PEMBAHASAN
             Hasil ...........................................................................................................  15
             Pembahasan ...............................................................................................  15



KESIMPULAN
Kesimpulan.................................................................................................. 18
Saran............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme, yaitu meminimalkan serangan hama (termasuk gulma) dan penyakit pada tanaman melalui pencegahan dan perlakuan yang aman. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar               (Djafaruddin, 1996).
         Semua jaringan tumbuh-tumbuhan mempunyai potensi menghasilkan senyawa-senyawa alelopati. Apakah itu akar, rizome, batang, daun, bunga, buah atau biji. Senyawa alelopati ini dapat dilepaskan dari jaringan tumbuhan dalam berbagai cara misalnya melalui penguapan, eksudat akar, pencucian dan pembusukan bagian-bagian organ yang membusuk. Diantara senyawa alelopati yaitu fenol, asam-asam organik, P-kumarat, pektat dan lain-lain. Semua senyawa ini mempengaruhi proses perkecambahan biji. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu tingkat kematangan benih, dormansi, ukuran benih, suhu dan cahaya (Http://litabang.deptan.org., 2010).
            Teki merupakan gulma yang terkenal dan tersebar diseluruh dunia dan termasuk gulma yang paling buruk. Gulma ini selalu terdapat pada tanaman budidaya di darat ataupun di daerah yang tidak dibudidayakan dengan tanaman pertanian. Alang-alang adalah gulma yang terdapat di daerah yang dibudidayakan di lahan pertanian baik di daerah tropis maupun di daerah subtropik. Alang-alang dapat menghasilkan bahan allelopati yang dapat menyebabkan alang-alang tumbuh secara murni (Sukman dan Yakup, 1995).
         Akhir-akhir ini interaksi antara gulma dengan tanaman pangan melalui proses alelopati mulai mendapat perhatian yang mendalam dari para ahli gulma. Meskipun banyak data yang menunjang adanya peranan senyawa alelopati dalam pertumbuhan gulma dan tanaman pangan di daerah-daerah pertanian tetapi peranannya terhadap perkecambahan belum diketahui secara mendalam. Banyak penelitian tentang pengaruh senyawa alelopati yang dilakukan dengan menggunakan cawan petri terhadap perkecambahan biji misalnya dengan menggunakan air campuran ekstrak alang-alang, teki dan lain-lain. Manipulasi secara kimiawi pada dormansi dan perkecambahan biji gulma di lapangan merupakan salah satu cara untuk membuat biji-biji gulma menjadi lebih peka terhadap pengaruh alelopati. Senyawa alelopati membuat perkecambahan menjadi tidak normal yang ditandai dengan pertumbuhan kecambah yang lambat dan bahkan tidak tumbuh atau mati (Hardjosumadi, 1992).

         Teki merupakan gulma yang terkenal dan tersebar diseluruh dunia dan termasuk gulma yang paling buruk. Gulma ini selalu terdapat pada tanaman budidaya di darat ataupun di daerah yang tidak dibudidayakan dengan tanaman pertanian. Alang-alang adalah gulma yang terdapat di daerah yang dibudidayakan di lahan pertanian baik di daerah tropis maupun di daerah subtropik. Alang-alang dapat menghasilkan bahan allelopati yang dapat menyebabkan alang-alang tumbuh secara murni (Sukman dan Yakup, 1995).
Pentingnya interaksi kimia antara tanaman yang lebih tinggi tidak diragukan lagi atau diremehkan oleh ahli ekologi tetapi ini terutama karena kelangkaan informasi yang berkaitan dengan efek allelopati di komunitas tumbuhan alam (Harborne, 1982).
Beberapa organisme, khususnya tanaman, mungkin dibatasi dalam distribusi oleh racun, antibiotik, atau agen allelopati. Tindakan penisilin antara mikroorganisme merupakan kasus klasik. Minat sekresi tanaman beracun muncul dari pertimbangan penyakit tanah (Krebs, 1985).
        





Tujuan Percobaan

         Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian allelopati pada perkecambahan tanaman jagung (Zea mays L.).

Kegunaan Percobaan

-          Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal tes di laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-     Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.















                                 TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

         Menurut Moenandir (1993) dalam sistematika tumbuhan kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom            : Plantae
Divisio                : Spermatophyta
Sub divisio         : Angiospermae
Class                   : Monocotyledoneae
Ordo                   : Poales
Family                : Poaceae
Genus                 : Zea
Spesies               : Zea mays L.

         Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat, yang memberi hara pada tanaman. Akar  penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara (Tohari, 1996).

         Jagung adalah tanaman semusim yang berbatang tinggi, tegap dan biasanya berbatang tunggal yang dominan, walaupun mungkin ada beberapa yang mengandung tunas (anakan). Kedudukan daunnya distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berseling) dengan pelepah-pelepah daun yang saling bertindih dan daunnya lebar serta relatif panjang                                           (Dove dan Martopo, 1987).

         Daun berkisar 20 – 30 helai tiap tanaman. Daun muda pada setiap ruas batang dan kedudukannya berlawanan antara daun satu dengan daun lainnya. Daun panjang ini memiliki lebar agak seragam dan tulang daunnya terlihat jelas. Bentuk daunnya seperti pita atau tigalatus (Tohari, 1996).

         Tumbuhan berumah satu dengan bunga majemuk jantan dan betina terpisah. Bunga majemuk jantan di ujung batang berbentuk malai sedangkan bunga majemuk betina keluar dari ketiak daun berbentuk tongkol buah kariopsis. Bunga betina berbentuk gala putih panjang dan biasa disebut rambut jagung             (Dove dan Martopo, 1987).

         Biji jagung letaknya teratur, sesuai dengan letak bunga. Embrio terdiri dari plumula, radikula dan acutelina. Pada biji ada yang berbentuk bulat, berbentuk gigi atau pipih sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih, merah, orange dan merah hampir hitam. Biji mengandung protein tepung dan lemak (Tohari, 1996).

 

Syarat Tumbuh

Iklim

         Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah yang beriklim sedang hingga daerah yang beriklim subtropics atau tropis basah. Di daerah tropis juga banyak ditanam jagung. Jagung dapat tumbuh pada daerah yang terletak 40o LS dan 40o LU (Triharso, 1995).

         Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih adalah 30o-32o C dengan kapasitas air tanah antara 25%-60%. Keadaan suhu rendah dan tanah basah sering menyebabkan benih jagung membusuk. Suhu yang terlalu panas dan kelembaban udara rendah berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung karena menyebabkan rusaknya daun dan terganggunya persarian bunga                   (Purwono dan Purnamawati, 2008).

         Jagung tidak menghendaki curah hujan yang tinggi seperti terdapat di negeri Cina, daerah-daerah yang terletak disebelah barat. Oleh karena itu perakaran jagung di daerah-daerah ini adalah kurang luas bila dibandingkan dengan daerah pertanaman di daerah sebelah timur (Triharso, 1995).

         Di daerah tropis faktor penyinaran tidak menjadi masalah yang berarti. Intensitas penyinaran matahari cukup berarti bagi kehidupan tanaman dan sinar matahari berperan dalam pembentukan batang. Setiap tanaman membutuhkan persyaratan tertentu terhadap curah hujan yang diperlukan. Oleh karena itu penanaman jagung perlu waktu yang tepat terutama pada daerah yang bercurah hujan rendah (Purwono dan Purnamawati, 2008).

Tanah

         Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada semua jenis tanah. Tetapi tanaman ini akan dapat tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur kaya akan humus. Tanah yang padat serta dapat menahan air tidak baik ditanami jagung karena pertumbuhannya kurang baik atau akan menjadi busuk (Moenandir, 1993).

         Kemiringan tanah ada hubungannya dengan gerakan air pada permukaan tanah. Hal ini juga merupakan salah satu syarat kehidupan tanaman termasuk tanaman jagung. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan penanaman jagung. Pada tingkat kemiringan tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya erosi tanah (Djafaruddin, 1996). 
         Kemasaman tanah biasanya erat sekli hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah berkisar antara 5,6 – 7,5 (Moenandir, 1993). 

                                                              Alelopati

         Di alam dapat digolongkan dua bentuk allelopati yaitu alelopati yang sebenarnya dan alelopati yang fungsional. Dalam arti yang sebenarnya , alelopati merupakan pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa asli yang dilepaskannya. Semakin banyak dan besar konsentrasi alelopat maka proses pertumbuhan tanaman akan terhambat. Dalam arti fungsional, golongan alelopati ini adalah senyawa kimia yang dilepaskannya kemudian senyawa tersebut telah mengalami modifikasi oleh mikroba tanah (Http://tanindo.alelopati.org. 2010).

         Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata bermacam-macam, misalnya berduri, berbau yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkanopi luas bertubuh tinggi besar, maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat  merugikan pertumbuhan tanaman tetangganya. Sekresi kimiawi ini disebut alelopat yang mengakibatkan peristiwa alelopati. Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh disekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama.

         Alelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau bagi kiroba. Tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik akan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada allelopati dengan memberikan ekstrak tanaman kepada biji-bijian atau tanaman lain. Jenis gulma yang berpotensi sebagai alelopati adalah:
Jenis Gulma
Jenis tanaman pertanian yang peka
Abutilon theoprasti
Agropxron repens
Agrostemma githago
Alium vaneale
Amaranthus spinosus
Ambrosia artemisifolia
Ambrosia tripida
Artemisila vulgaris
Asolepras syriaca
Avena fatua
Celosia argenta
Chenopodium album
Cynodon dactylon
Cyperus esulentus
Cyperus rotundus
Imperata cylindrica
Berbagai jenis
Berbagai jenis
Gandum
Oat
Kopi
Berbagai jenis
Kacang pea, Gandum
Mentimun
Sorgum
Berbagai jenis
Bajra
Mentimun, Oat, Jagung
Kopi
Jagung
Sorgum, Kedelai
Berbagai jenis

(Sukman dan Yakup, 1995).

Pengaruh Alelopati Terhadap Perkecambahan
         Kebanyakan senyawa-senyawa alelopati adalah senyawa fenol. Mekanisme fisiologis dari penghambatan oleh senyawa ini terhadap perkecambahan belum banyak diketahui. Penghambatan perkecambahan oleh senyawa asam P-kumarat dan turunannya kemungkinan dihasilkan dari penghambatan pelepasan ion K yang menyebabkan sel-sel lembaga tidak mampu berkembang dan memberikan tekanan yang menimbulkan perluasan sel-sel (Hardjosumadi, 1992).

         Pengaruh alelopati melibatkan interaksi toksik antar spesies melalui media senyawa terpenoid atau fenol. Tetapi pengaruh semacam itu, baik secara kimia maupun fungsional hanya merupakan bagian dari spectrum yang luas. Dari seluruh batangnya tanaman mengeluarkan zat kimia yang sangat menakjubkan, gula dan senyawa bau dari bunga, terpenoid dan leachate yang mudah larut dari daun dan sangat banyak yang berasal dari akar (Tohari, 1996).

         Senyawa alelopati berpengaruh terhadap penyerapan hara, menghambat pembelahan sel, menghambat pertumbuhan, menghambat aktivitas fotosintesis, mempengaruhi respirasi, mempengaruhi sintesis protein, mempengaruhi ketegangan membran, menghambat aktivitas enzim, mempengaruhi suksesi tumbuhan , menghambat fiksasi nitrogen dan penyebaran tumbuhan serta perkecambahan (Hardjosumadi, 1992).

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Bahan Media
            Media tanam yang digunakan untuk perkecambahan ini adalah pasir steril. Pasir digongseng terlebih dahulu agar steril, kemudian pasir dimasukkan ke setiap cawan petri dan diberi label.

Pembuatan Alelopati
            Umbi teki, rhizom alang-alang, dan daun akasia ditimbang sebanyak 300 gram. Kemudian dibersihkan, dipotong dan diiris-iris bahan alelopati.               Masing-masing tanaman ditimbang 100 gram untuk 3 perlakuan kemudian diblender dan ditambah air 500 ml, 1000 ml, dan 1500 ml.

Penanaman Benih
            Benih jagung direndam selama ± 30 menit sebelum ditanam. Masing-masing cawan petri ditanam 5 benih jagung dengan arah embrio ke bawah.

Aplikasi Alelopati
            Larutan alelopati diberikan ke setiap cawan petri sebanyak 15 ml menggunakan jarum suntik sesuai dengan perlakuan masing-masing cawan petri.

Pemeliharaan
            Larutan alelopati disiram setiap hari untuk melihat laju perkecambahan masing-masing cawan petri.
Pengamatan Paramater
Persentase Perkecambahan (%)
            Persentase perkecambahan dihitung setiap 2 HST, 4 HST, dan 6 HST dengan menggunakan rumus :
% Perkecambahan = Jumlah Benih yang Tumbuh x 100%
                                  Jumlah Benih yang ditanam

Panjang Tunas (cm)
            Panjang tunas diukur pada umur kecambah 6 HST. Diukur  mulai dari titik tumbuh dengan menggunakan penggaris. Panjang tunas merupakan rataan dari cawan petri ulangan 1 dan ulangan 2.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

            Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian 25 m diatas permukaan laut pada tanggal                         22 Februari 2010 hingga 29 Februari 2010.

Bahan dan Alat

         Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rhizoma alang-alang, umbi teki dan daun akasia sebagai alelopati, benih jagung 15 biji sebagai objek yang akan diamati, pasir sebagai media tanam, larutan benlate sebagai fungisida dan air sebagai bahan campuran zat.

         Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah blender untuk menghaluskan rhizoma alang-alang, teki dan daun akasia, petridis sebagai media tanam, timbangan untuk menimbang berat bahan, kertas saring untuk menyaring larutan, gelas ukur untuk mengukur banyak larutan, erlenmeyer sebagai tempat larutan dan pisau untuk memotong rhizoma  alang-alang, teki dan daun akasia serta mortal untuk menghancurkan rhizoma.

Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan metode Non Faktorial dengan :
A = Alang-alang
T = Teki
K = Akasia
1 = 100 gram + 500 ml air
2 = 100 gram + 1000 ml air
3 = 100 gram + 1500 ml air
Bagan Percobaan
1.     
K3
 
K2
 
K1
 
T3
 
T2
 
T1
 
A3
 
A2
 
A1
 
Ulangan I
                  

2.     
K2
 
K1
 
T3
 
K3
 
T2
 
T1
 
A3
 
A2
 
A1
 
Ulangan II


Keterangan:
A1       = Alang-alang dengan perbandingan 1 : 1
A2       = Alang-alang dengan perbandingan 1 : 2
A3       = Alang-alang dengan perbandingan 1 : 3
T1        = Umbi Teki dengan perbandingan 1 : 1
T2        = Umbi Teki dengan perbandingan 1 : 2
T3        = Umbi Teki dengan perbandingan 1 : 3
K1       = Daun Akasia dengan perbandingan 1 : 1
K2       = Daun Akasia dengan perbandingan 1 : 2
K3       = Daun Akasia dengan perbandingan 1 : 3

HASIL DAN PEMBAHASAN
 

Hasil

Data Persentase Perkecambahan

Perlakuan
2 HST
4 HST
6 HST
% 2HST
% 4 HST
% 6 HST
I
II
I
II
I
II
A1
0
5
0
0
0
5
50
0
50
A2
1
5
2
0
2
4
60
20
60
A3
2
4
0
3
3
4
60
30
70
T1
2
5
2
1
5
1
70
30
60
T2
4
4
1
2
5
5
80
30
100
T3
1
3
1
2
5
5
40
30
100
K1
2
4
0
3
1
4
60
30
50
K2
3
2
0
1
0
1
50
10
10
K3
3
4
2
1
4
4
70
30
80


Data Tinggi Kecambah 6 HST

Perlakuan
Ulangan
Total (cm)
Rata-Rata (cm)
I (cm)
II (cm)
A1
0
2.5
2.5
1.25
A2
3.5
1.6
5.1
2.55
A3
0,3
1.1
1.4
0.7
T1
1.9
2.4
4.3
2.15
T2
1.1
0.7
1.8
0.9
T3
1.0
4.9
5.9
2.95
K1
0.2
4.1
4.3
2.15
K2
0.9
0.9
1.8
0.9
K3
1.6
0,3
2.5
1.25

 

Pembahasan

         Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh pada persen perkecambahan jagung dengan allelopati yang paling tinggi terdapat pada alelopati teki dengan perbandingan 1:2 dan 1:3 pada pengamatan terakhir yaitu sebesar 100%. Hal ini karena kadar atau jumlah dari allelopati pada perbandingan 1:1 lebih besar daripada perlakuan 1:2 dan 1:3 sehingga pada perlakuan 1:2 dan 1:3 daya kecambahannya lebih besar. Dan karena allelopati mengandung zat yang beracun yang dapat menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambahan jadi abnormal. Hal ini sesuai dengan literatur Moenandir (1993) yang menyatakan bahwa tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi biokimia yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman lain.

         Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh pada persen perkecambahan jagung dengan allelopati yang paling rendah terdapat pada alelopati alang-alang dengan perbandingan 1:1 pada pengamatan 4 HST yaitu sebesar 0%. Hal ini karena kadar atau jumlah dari allelopati pada perbandingan 1:1 lebih besar daripada perlakuan 1:2 dan 1:3 sehingga pada perlakuan 1:1 daya kecambahannya lebih kecil. Dan kemungkinan pada alang-alang dengan perbandingan 1:1 tidak diberi penyiraman dengan baik sehingga pertumbuhan perkecambahan menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur              Moenandir (1993) yang menyatakan bahwa tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi biokimia yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman lain.

         Dari data tinggi tanaman jagung pada 6 HST diperoleh bahwa tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan A1 pada ulangan pertama yakni 0 cm. Hal ini berarti zat alelopati yang diberikan pada benih jagung tersebut menekan pertumbuhan jagung terutama zat beracun tersebut dari ekstrak daun alang-alang yang merupakan senyawa beracun terbesar yang mematikan tumbuhan disekitarnya karena mengeluarkan senyawa kimia antara lain terpenoid, fenolat dan pektat.  Hal ini sesuai literatur oleh Hardjosumadi (1992) yang menyatakan nampaknya daun merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan tetangganya. Substansi itu umumnya tercuci oleh air hujan atau embun yang terbawa ke bawah. Jenis substansi beracun itu meliputi gugusan asam organik, gula asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat.

         Dari data tinggi tanaman jagung pada 6 HST diperoleh bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 pada ulangan kedua yakni 4.9 cm. Hal ini berarti zat alelopati teki yang diberikan pada benih jagung tersebut tidak menekan pertumbuhan jagung. Hal ini sesuai literatur oleh Hardjosumadi (1992) yang menyatakan nampaknya daun merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan tetangganya. Substansi itu umumnya tercuci oleh air hujan atau embun yang terbawa ke bawah. Jenis substansi beracun itu meliputi gugusan asam organik, gula asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloud, dan fenolat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa persentase perkecambahan jagung tertinggi pada perlakuan 1 : 2 pada rhizome alang-alang.
2.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa persentase perkecambahan jagung terendah pada perlakuan 1 : 1 pada rhizome alang-alang.
3.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tanaman jagung tertinggi pada perlakuan 1 : 1 pada umbi teki dengan rata-rata 3,25.
4.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tanaman jagung terendah pada perlakuan 1 : 2 pada daun akasia dengan rata-rata 1.
5.      Dari hasil percobaan diketahui bahwa alelopati dengan ekstrak alang-alang lebih menghambat proses perkecambahan dari pada umbi teki dan daun akasia.

Saran
Diharapkan pengambilan data persentase pertumbuhan dan tinggi tanaman jagung lebih teliti dan cermat, agar tidak terjadi kesalahan data.

DAFTAR PUSTAKA

Djafaruddin, 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Umum. Bumi Aksara, Jakarta.

Dove, M. R., dan S. Martopo, 1987. Manusia dan Alang-alang di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Harborne, J. B., 1982. Introduction to Ecological Biochemistry. Academic Press, New York.

Hardjosumadi, S., dkk., 1992. Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman, Bogor.

Http://litabang.deptan.org. 2010. Jenis Gulma Alelopati. Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Http://tanindo.alelopati.org. 2010. Alelopati. Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Krebs, C. J., 1985. Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper & Row Publishers, New York.

Moenandir, J., 1993. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Purwono dan H. Purnamawati, 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Swadaya, Jakarta.

Sukman, Y dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Universitas Sriwijaya, Palembang.

Tohari, 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press, Yogyakarta.

Triharso, 1995. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar