PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KIMIA PADA TANAH ULTISOL
TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN
METODE SUBTRAKSI
Oleh :
MUKLIS ADI PUTRA
080302017/HPT
II
LABORATORIUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KIMIA PADA TANAH ULTISOL
TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN
METODE SUBTRAKSI
LAPORAN
Oleh :
MUKLIS ADI PUTRA
080302017/HPT
II
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan Oleh:
(Ir. Fauzi, MP.)
Dosen Penanggung Jawab
Diketahui Oleh: Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator AsistenKorektor
NIM: NIM:
LABORATORIUM KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Pemberian Pupuk Kimia pada Tanah Ultisol Mancang terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.) dengan Metode Substraksi” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah Kesuburan Tanah, yaitu : Ir. MMB. Damanik, MSc, Ir. Fauzi, MP, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, dan Ir. Sarifudin, MP serta kepada asisten yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN PERCOBAAAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................... 1
Tujuan Percobaan..................................................................................... 3
Hipotesa Percobaan................................................................................. 3
Kegunaan Penulisan................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Inceptisol........................................................................... 4
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)................................................... 5
Syarat Tumbuh......................................................................................... 6
Iklim................................................................................................. 6
Tanah................................................................................................ 7
Unsur Hara............................................................................................... 8
Nitrogen (N)..................................................................................... 8
Fosfor (P)......................................................................................... 8
Kalium (K)....................................................................................... 10
Kalsium (Ca).................................................................................... 10
Magnesium (Mg).............................................................................. 11
Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman..................................................... 12
Nitrogen (N)..................................................................................... 12
Fosfor (P)......................................................................................... 13
Kalium (K)....................................................................................... 13
Kalsium (Ca).................................................................................... 14
Magnesium (Mg).............................................................................. 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan................................................................. 16
Bahan dan Alat........................................................................................ 16
Metode Percobaan................................................................................... 17
Prosedur Percobaan................................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil......................................................................................................... 19
Perhitungan.............................................................................................. 20
Pembahasan............................................................................................. 22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.............................................................................................. 24
Saran........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tanah ultisol tertahan dari level nutrisi yang rendah, kehadiran dan kemampuan tukar alumanium, kehilangan nitrogen sepanjang pencucian di bawah curah hujan tinggi. Bekas-bekas defisiensi elemen seperti boron dan magnesium. Jadi, ultisol tanah dengan tekstur lempung horijon B yang di ambil paling tidak dari bagian lempung alluvial dan saturasi dengan kation metal secara umum yang kurang dari 35%. Tanah ini bersifat acidic, melepaskan tanah dari daerah humid. Biasanya diatas permukaan tanah tua.(Mongia dan Bangopadhyay, 1993)
Kata ultisol berasal dari bahasa latin ultimus, yang berarti terakhir atau dalam hal ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang terakhir. Ultisol memiliki horison argilik dengan kejenuhan basa yang rendah yang kurang dari 35%. Biasanya terdapat alumanium yang dapat dipertukarkan (Foth,1994).
Masalah daerah kering dapat diatasi dengan dua hal yaitu lebih sering melakukan penyiraman dengan air yang tidak mengandung garam. Kedua, membuat jalur-jalur pembuangan air atau sistem yang baik sehingga garam pada daerah perakaran akan tercuci dan terbuang ke jalur drainase. Makanya, di daerah kering dengan penguapan yang tinggi sering terdapat tanah salin. Tanah di daerah dataran rendah yang berdekatan dengan pantai juga memiliki salinitas atau kadar garam yang tinggi (Novizan, 2007).
Ultisol adalah tanah yang telah berkembang dengan profil A, E, Bt, C. Dibentuk oleh kombinasi proses lateralisasi, dengan penekanan pada lateralisasi di daerah humid panas hingga humid tropis, dimana proses pencucian sangat menonjol. Di bawah kondisi ini tanah sangat terlapuk dan horizon A terakumulasi oleh sejumlah Fe oksida, yang mengakibatkan warna kuning hingga merah (Musa, 2007)
Tanah bergaram sifatnya lepas sehingga pada musim hujan, air merembes ke bawah. Tanah semacam tanah salin ini tidak mampu menahan air di lapis olah karena bersifat lepas tersebut (Kuswandi, 1993).
Jagung adalah tanaman serealia terbesar ketiga dunia, setelah gandum dan beras. Amerika serikat memproduksi sekitar 40% dari total produksi dunia. Negara penghasil jagung terbesar selanjutnya adalah Republik Rakyat China (RRC) dan Brazil. Jagung memimpin tanaman bulir di Amerika Serikat, dengan produksi rata-rata sekitar tiga kali lipat dari gandum, tanaman pemimpin serealia selanjutnya (Poehlman dan sleper, 2000).
Sifat fisik tanah dapat dijadikan sebagai indikator kesesuaian dan kemampuan tanah untuk penggunaan dalam bidang pertanian. Kemampuan tanah untuk menjadi keras dan menyangga, kapasitas drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, kemampuan aerasi dan kemampuan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat dengan kondisi fisik tanah (Munir, 1996)
Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kimia pada tanah ultisol terhadap pertumbuhan tanaman jagung ( Zea mays L.) dengan metode Subtraksi.
Hipotesa Percobaan
o Adanya pengaruh pemberian pengurangan salah satu unsur hara terhadap tanaman jagung (Zea mays L.)
o Pemberian pupuk kimia dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung ( Zea mays L.) pada tanah ultisol.
o Pemberian pupuk adalah adalah salah satu cara meningkatkan pertumbuhan jagung (Zea mays L.) di tanah ultisol
Kegunaan Percobaan
§ Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Departemen Ilmu Tanah Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
§ Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah
Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate tropika yang mempunyai horizon argilik atau kandik atau frogifan dengan lapisan liat tebal. Dalam lejend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian tanah podsolik, terutama tanah podsolik merah kuning.(Munir, 1996)
Tanah salin(asin) pada umumnya tidak produktif untuk pertanian. Tanah semacam ini dapat terjadi karena rembesan air larut, sementara air tawar yang ada tidak dapat mengusirnya. Tanah bergaram sifatnya lepas, sehingga pada musim hujan, air terus merembes ke bawah. Tanah semacam ini tidak mampu menahan air di lapis oleh karena sifat tersebut. Untuk mengatasinya, tanah harus diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau air di lapis olah, sehingga menempati kedudukan garam.(Kuswandi, 1993)
Sifat fisik tanah dapat dijadikan sebagai indikator kesesuaian dan kemampuan tanah untuk penggunaan dalam bidang pertanian. Kemampuan tanah untuk menjadi keras dan menyangga, kapasitas drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, kemampuan aerasi dan kemampuan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat dengan kondisi fisik tanah (Munir, 1996).
Istilah salin digunakan untuk menggambarkan tanah yang kadar garamnya di dalam larutan tanah yang sangat tinggi. Sehingga berbahaya bagi tanaman. Semakin besar nilai konduktivitasnya semakin tinggi kadar garam di dalam larutan. Persentasi Na pada koloid tanah salin di bawah 15% dan pHnya dibawah 8,5.(Novizan, 2007)
Sifat kimia pada tanah ultisol yaitu komponen tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Komponen kimia ultisol memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu keasaman kurang dari 5,5. Bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan basa kurang dari 35%. KTK kurang dari 2,4 me.e. per 100 gram liat, nutrisi rendah.(Munir,1996)
Botani Tanaman Jagung ( Zea mays L.)
Menurut purwono dan Hartono(2008), klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Seperti pada jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil penelitian sistem perakaran jagung yang didukung oleh pengolahan tanah yang baik dapat diperoleh pada kedalaman 10 cm jumlah akar 68 akar. Pada kedalaman 50 cm jumlah akarnya adalah 23 akar dan pada kedalaman 70 cm jumlah akarnya adalah 6 akar (AAK, 2007).
Batang tanaman jagung ini kaku, tingginya berkisar antara 1,5 m- 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang muda terlihat. Pelepah daun terbentuk pada batang utama, sering melingkupi hingga buku berikutnya. Setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).
Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun berkisar 3-4 hari setiap daun. Lebar helaian daun dikategorikan mulai dari sangat sempit < 5 cm, sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm) hingga sangat lebar (>11 cm) (http://www.pustaka-deptan.go.id, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Adapun temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21oC-30oC temperatur optimum adalah antara 23oC-27oC.
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah tropis basah. Jagung dapat tumbuh didaerah terletak 50o LU – 4o LS. Pada lahan yang tidak teririgasi, pertumbuhan tanaman yang memerlukan curah hujan ideal 85-200 mm/bulan (Purworo dan Hartono, 2002).
Tanah
Untuk pertumbuhan tanaman jagung, pH yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal ialah angka 5,5 - 6,5. Angka pH untuk pertumbuhan bukan saja merupakan pedoman pokok untuk pertanaman jagung yang ditanam tersebut, tetapi juga tergantung kondisi tanah dan lingkungan setempat. Selain itu tanah dari tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar dan udara yang cukup (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002).
Adapun peranan Nitrogen adalah sebagai berikut :
1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
2. Berfungsi untuk sistem asam amino dan protein pada tanaman.
3. Merangsang pertumbuhan Vegetatif seperti daun.
4. Merupakan bagian dari sel (orgun) tanaman itu sendiri
(http://langit-langit.com, 2009)
Berfungsi untuk mengangkut energi hasil metabolisme dalam tanah, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji. Merangsang pembelahan sel tanaman dan pembeiaran jaringan sel dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian yang dapat meningkatkan produksi (http://langit-langit.com, 2009)
Unsur Hara
Nitrogen
Nitrogen merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk Ion NO3 atau NH4+ dari tanah. Kadar Nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada pengolahan dan penggunaan tanah tersebut (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk Nitrogen cukup banyak ragamnya. Namun, jika diamati di pasaran tidak semua pupuk tersedia dan dijual. Hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan petani dalam penggunaannya. Umumnya petani hanya memiliki urea dan ZA sehingga tentu saja pedagang pupuk tidak akan menjual pupuk lain selain urea atau ZA (Marsono, 1998).
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan kar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Fungsi Nitrogen adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan tanaman, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau (Nyakpu dkk, 1988).
Fosfor
Peran pupuk P untuk tanaman antara lain: dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda pada umumnya. Dapat mempercepat pembuangan dan pemasakan buah, biji, atau gabah. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian. (Kartasapetro dan Sutedja, 2000).
Faktor terdapat dalam bentuk phitin,nuklein dan fosfatide merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel, sebagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pul bagi perkembangan jaringan meristen. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4. Fungsi fosfor yaitu dapat mempercepat pembungaan dan pemarakan buah, biji dan gabah dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Keadaan serasi senyawa-senyawa N yang akan diubah ke dalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian integral dari klorofil. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. (Kartasapoetra dan Sutedja, 2000).
Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalium fosfat{Ca3(PO4)2) yang sulit larut. Karena pengaruh cairan di dalam tanah , maka dapat terbentuk kalsium fosfat asam primer {Ca (H2PO4)2) yang mudah larut . Karena itu maka fosfat boleh dikatakan diserap seluruhnya dalam bentuk ion H2PO4-. Namun konsentrasi ion ini di dalam air tanah hanya sedikit , dibandingkan dengan seluruh jumlah fosfat berada di dalam tanah. Tanaman ini juga dapat menyerap persenyawaan fosfor organik tertentu. (Marsono,1986)
Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dari dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap tanaman. Dengan demikian ketersediaannya da dalam tanah terbatas dan tidak stabil, tergantung dari populasi organisme. (Nyakpa,dkk, 1988)
Kalium
Kalium dapat diserap dalam bentuk K (terutama pada tanaman muda). Menurut penelitian, kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Pada sel-sel zat ini terdapat sebagian ion di dalam cairan sel untuk dapat melaksakan turgor yang disebapakan oleh tekanan osmotis. Sumber kalium berasal dari beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, abu tanaman dan pupuk tanaman buatan.(Buckman dan Bredy, 1982)
Kalium dalam sitoplasma dan kloroplas diperlukan untuk menetralkan larutan sehingga mempunyai pH 7-8. Pada lingkungan pH tersebut terjadi proses reaksi yang optimum untuk hampir semua enzim yang ada di dalam tanaman. Bila pH turun dari 7,7 menjadi 6,5 maka aktivitas nitrat reduktase hampir terhenti. (Hakim,dkk, 1986).
Kalium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi, diserap dalam bentuk ion-ion Ca2+, terdapat dalam jumlah tinggi pada bagian daun, dan pada beberapa spesies tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat di dalaam sel-sel. Kekurangan Ca pada tanaman gangguan. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000)
Kalsium
Kalsium terutama terdapat dalam daun dan sering mengendap berupa kristal kalsium oksalat. Di dalam sel, persentase kalsium terbesar terdapat pada dinding sel (Apoplast). Pada lamela tengah, Ca berikatan dengan gugus R-COO, asam poligalakturonat. Pada tanaman dikotil yang mempunai kapasitas pertukaran kation tinggi dan terutama pada waktu kadar Ca rendah, biji tanaman relatif mengandung sedikit Ca jika dibandingkan pada akar tanaman. (Marsono, 2008).
Kalsium termasuk unsur hara yang esensial, unsur ini diserap dalam bentuk Ca++. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium Rektat yaitu dalam Lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga pada batang, berpengaruh baik pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Dalam hal ini apabila zat ini tidak diperhatikan atau maka pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar akan terhenti sedangkan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan. (Buckman and Brandy, 1982).
Kalsium mempunyai peran Fisiologis Ca yang khusus pada tanaman yng belum jelas. Secara klasik diperkirakan Ca diperlukan pada pembentukan lamela tengah sel karena peranannya dalam sintesif kalsium-pektat. Pernah dikemukakan dalam suatu makalah bahwa kalsium merupakan bahan penyusun lamela tengah namun tidak berarti bahwa lamela tengah mempunyai komposisi Ca-pektat. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).
Magnesium
Unsur magnesium diserap tanaman dalam bentuk ion Mg2+ dan merupakan satu-satunya mineral penyusun klorofil. Dengan demikian peran Mg jelas tanpa klorofil fotosintesis tidak akan berlangsung. Walaupun Mg terdapat didalam klorofil dalam porsi yang besar, namun sering dijumpai pula porsi yang cukup banyak pada biji-bijian. (Nyakpa, dkk, 1988).
Kadar Mg di dalam bagian-bagian vegetatif dapat dikatakan rendah daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian-bagian generatif malah sebaliknya Mg banyak terdapat dalam buah dan juga dalam tanah. (Hasibuan, 2004).
Magnesium merupakan satu-satunya unsur organik yang terdapat pada molekul klorofil. Dengan demikian peranannya cukup jelas, karena tanpa klorofil tanaman tidak dapat tumbuh dan melangsungkan fotosintetis. Salah satu peranan utama Mg adalah sebagai kofaktor hampir seluruh enzim yang mengaktifkan foforilasi. Magnesium membentuk jembatan antara struktur proforfat dari ATP maupun ADP (Hasibuan, 2004).
Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman
Nitrogen
Kandungan unsur N yang rendah dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil (Kartaspoetra dan Sutedjo, 2000).
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur nitrogen antara lain, pertumbuhan lambat dan kerdil, daunnya berwarna hijau kekuning-kuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daunnya yang sudah tua cepat sekali menguning dan mati (http://langit-langit.com, 2009).
Kekurangan N membatasi produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru. Kecepatan pertumbuhan tanaman berjalan proporsional dengan suplai N yang memadai. Tanaman akan tumbuh dengan lambat bilamana kekurangan Nitrogen, tampak kurus, kerdil dan berwarna pucat dibandingkan dengan tanaman yang baik dan sehat. (Nyakpa, dkk, 1998).
Fosfor
Apabila terjadi kekurangan unsur P akan menghambat pertumbuhan tanaman dan gejalanya sulit diketahui sebagaimana gejala-gejala yang kelihatan pada tanaman, dan gejalanya sulit kelihatan pada tanaman-tanaman yang kurang unsur N dan K didalam tanaman. P merupakan unsur yang mobil, dan bilamana terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman, maka P pada jaringan-jaringan tua akan di translokasikan kejaringan yang masih efektif. (Nyakpa, dkk, 2000)
Pada tanaman gandum defisiensi zat fosfor menimbulkan gejala pada jeraminya berwarna abu-abu, pertumbuhan tanman sangat kerdil, hal ini dikarenakan pertumbuhan sistem perakaran yang buruk dan akarnya kurang berfungsi dengan baik. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000)
Defisiensi unsur hara fosfor akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang, seperti misalnya pada tanaman serealia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang dapat dimakan/daunnya berwarna hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah selanjutnya mati. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000)
Kalium
Gejala kekurangan unsur hara kalium biasanya nmpak pertama pada daun-daun bagian bawah dan bergerak terus kebagian ujung tanaman. Oleh karena itu kalium merupakan unsur mobil didalam tanaman dan segera akan di translokasikan ke jaringan meristematik yang muda bilamana jumlahnya terbatas bagi tanaman. (Nyakpa, dkk, 1988)
Gejala yang ditimbulkan apabila tanaman kekurangan unsur hara kalium antara lain batang dan daaun menjadi lemah atau rebah. Daunnya menjadi berwarna hijau gelap kebiru-biruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak-bercak berwarna coklat pada bagian pucuk daun. (http://langit-langit.com, 2009)
Defisiensi kalium berlainan dengan gejala-gejala karena defisiensi N dan P. Potensi kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejalanya jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda. Gejala yang terdapat pada batang yaitu, batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil dan gejala yang terdapat pada daun terjadi setempat-setempat. Pada mulanya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000)
Kalsium
Defisiensi unsur Ca menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran. Selain akar kurng sekali fungsinya pun demikian terhambat. Gejala-gejalanya yang timbul tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna pada ujung dan tepinya klorofis. Defisiensi Ca juga menyebabkan pula pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000)
Kekurangan kalsium pada tanaman gejala-gejala yang ditimbulkan umumnya terdapat pada pucuk tanaman. Gejala ini jelas berpengaruh pada membran sel. Jika kahat terus berlanjut kekurangan kalsium dapat merusak struktur membran. (Hasibuan, 2008).
Gejala kahat kalsium dengan jelas merusak permeabilitas membran sel. Jika kekahatan terus berlangsung maka akan terjadi kerusakan umum pada struktur membran. Kerusakan ini pertama sekali terjadi pada jaringan-jaringan meristematik seperti pada pucuk-pucuk, akar atau titik tumbuh dan jaringan-jaringan penyimpan. (Hasibuan, 2004).
Magnesium
Pada umumnya apabila tanaman kahat Mg jumlah N, protein turun dari N, dan protein meningkat. Dapat disimpulkan bahwa kekahatan Mg menghambat sintesis protein. (Nyakpa, dkk, 1988).
Pada tanaman jagung kekahatan Mg terlihat pada daun adanya garis-garis kuning yang agak menonjol, sedangkan pada daun muda keluar lendir, terutama bla kekahatan sudah lanjut. Karena Magnesium adalah unsur hara yang mobil di dalam tanaman, maka kekahatan magnesium selalu terlihat pada daun-daun tua, daun berwarna kuning, hal ini terjadi karena pembentukan klorofil terganggu. (Hasibuan, 2004).
Unsur Mg, merupakan bagian pembentukan klorofil, oleh karena itu sangat berpengaruh bagi tanaman. Klorosis tampak diantara tulang-tulang daun, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2000).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Adapun percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Pada tanggal 25 Agustus - 3 November 2007 setiap Sabtu pukul 15.00 WIB s/d selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol Gebang sebagai objek percobaan, benih jagung sebagai tanaman indikator, pupuk kimia (NH4NO3, H3PO4 85%, KCl, CaCO3, MgO) dan pupuk industri (Urea, SP-36, K2O, CaCO3, MgO) sebagai sumber hara, polybag 5 kg sebagai wadah tanam, label + plastik sebagai tanda dari setiap unit perlakuan, goni sebagai tempat sampel tanah, tali plastik sebagai pengikat goni, plastik sebagai tempat pupuk, tanah kering udara sebagai sampel tanah yang akan dianalisis, pasir sebabagi bahan campuran pada saat menghitung KA metode Alhricks, dan air sebagai pelarut/penyiram.
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengambil sampel tanah 0-20 cm secara komposit, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, jangka sorong untuk mengukur diameter batang tanaman, oven untuk mengeringkan tanah, cawan sebagai wadah tanah pada saat diovenkan, timbangan untuk menimbang, erlenmeyer sebagai wadah tanah pada saat perhitungan KA, pipa kaca sebagai alat bantu, gembor untuk menyiram tanaman, kalkulator sebagai alat hitung, kayu kecil sebagai penanda parameter, alat tulis untuk menulis data, pipet volumetrik sebagai pengukur volume larutan pupuk kimia, dan batubata sebagai alas polybag.
Metode Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan rumus:
Yijk = µ + Ti + Bj + εij
dimana:
Yijk : hasil rataan
µ : nilai tengah
Ti : perlakuan ke-i
Bj : blok ke-j
εij : : galat percobaan ke-i dan ke-j
Perlakuan
|
Ulangan
| |
I
|
II
| |
Kontrol
Lengkap
-N
-P
-K
-Ca
-Mg
-NP
-NK
-PK
-CaMg
| ||
Prosedur Percobaan
- Pengambilan contoh tanah
- Diambil sampel tanah secara komposit dari lahan yang sesuai dengan persyaratan (zigzag). Dimana setiap titik pengambilan kedalaman 0-20 cm.
- Dicampurkan tanah (0-20 cm) dari setiap titik secara merata.
- Dimasukkan ke galam goni yang bersih (tidak bekas pupuk dan pestisida).
- Diikat dengan tali plastik
- Penanganan contoh tanah
- Dikering udarakan (jangan dijemur langsung terkena sinar matahari).
- Diambil sedikit sampel tanah (± 1 kg) untuk dianalisis % KA dengan metode Alhricks.
- Setelah kering, diayak contoh tanah.
- Dihitung % KA dengan rumus:
% KA = BTKU-BTKO x 100%
BTKO
- Ditimbang contoh tanah yang sudah diayak setara dengan 5 kg BTKO dengan rumus:
BTKU = BTKO + (% KA x BTKO)
- Dimasukkan ke dalam polybag 5 kg sebanyak yang diperlukan.
- Dimasukkan dan disusun ke dalam rumah kasa yang sudah dibersihkan dan diplot.
- Pemberian label dan pupuk
- Diberi label polybag masing-masing sesuai dengan perlakuannya.
- Dilaminating label yang terbuat dari karton 12 x 10 cm setelah diberi simbol perlakuan agar tidak basah.
- Diberikan pupuk sesuai perlakuan dan dosis untuk setiap polybag dengan cara ditaburkan merata di permukaan tanah, lalu diaduk sedikit agar merata dan tertimbun tanah.
- Penanaman tanaman indikator
- Ditanam tanaman indikator (2-3 butir) pada kedalaman 2-3 cm yaitu benih jagung (Zea mays L.).
- Penyiraman dan pemeliharaan
- Disiram setiap hari (bila tidak hujan) dengan air bebas ion (aquades) atau air hujan dengan gembor.
- Dilakukan seleksi tanaman jika telah berkecambah dan tumbuh (± 1 MST), ditinggalkan 1 tanaman dan yang lain dibemnamkan ke dalam tanah.
- Disiangi / dibersihkan lahan dari gulma dan pemberantasan hama dan penyakit jika perlu.
- Pengamatan
- Dilakukan pengamatan setiap minggu dengan parameter:
· Gejala visual
· Tinggi tanaman (cm)
· Diameter tanaman (cm)
· Jumlah daun (helai)
· Berat Kering Atas (g) 8 MST
· Berat Kering Bawah (g) 8 MST
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2007. Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Adisarwanto, T. dan Y. E. Widyastuti. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Pansang Surut, Sawah dan Kering. Penebar Swadaya.
Buckman, H. O. Dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah, Terjemahan Prof. Dr. Soegiman. Penerbit bhraTara Karya Aksara. Jakarta.
Foth, D. H. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6, Terjemahan A. Soenartono. Erlangga. Jakarta.
Hakim, N., M. N. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Diha., Go Bang Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit universitas Lampung. Lampung.
Hasibuan, B. E. 2004. Ilmu tanah. FP USU. Medan.
Hasibuan B. E. 2008. Pupuk dan pemupukan. FP USU. Medan.
http://langit-langit.commod.php?mod=diskusi&op=90. 2009. Fungsi unsur hara makro (N-P-K), diakses pada tanggal 15 Februari 2009.
http://www.pustaka-deptan.go.id/agrotek/pdf=jagung//209.85.175.132.search. 2009. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung. Diakses pada tanggal 19 April 2009.
Kartasapoetra., A. G. Dan Sutedjo. 2000. Pupuk Dan Cara Pemupukannya. Rieneka Cipta. Jakarta.
Kuswandi. 2007. Pengapuran Pada Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Marsono, P. L. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mongia, F. P. Dan Bandyopadhyay. 1993. Soils Of The Tropic. Vikas Publishing.
Munir, M. H. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.
Musa, l. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Fundamentals Of Soil Science), Bahan Kuliah. FP-USU. Medan.
Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., Mamat. A. P., A. G. Amran., Ali. M., Go Bang Hong., dan N. Hakim. 1988. kesuburan Tanah. Penerbit Unversitas Lampung. Lampung.
Poehlman, J. M. dan D. A. Slepeer. 2000. Field crops 4th edition. Panima Publishing. New dwlhi.
Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. PS. Jakarta.
Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Rubatzky, V. E. Dan Yamaguchi, M. 1995. Sayuran Dunia. Penerbit ITB. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar