KELEMBABAN
LAPORAN
OLEH :
MUKLIS ADI PUTRA / 080302017
HPT
VII
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “ Kelembaban “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Guslim, MS ; Ir. O.K Nazaruddin, MS ; Ir. Irsal, MP; Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS; Dr.Dra.Ir. Chairani Hanum, MP dan Nini R, SP, MSi selaku dosen mata kuliah Agroklimatologi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2009 |
|
|
|
Penulis |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................ 1
Tujuan Percobaan........................................................................................ 2
Kegunaan Percobaan............................................................................ .... 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaaan.................................................................. 7
Bahan dan Alat Percobaan......................................................................... 7
Gambar Alat .............................................................................................. 8
Prosedur Percobaan.................................................................................... 8
Prinsip Kerja Alat ................................................................................ .... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.......................................................................................................... 11
Perhitungan............................................................................................... 12
Pembahasan.............................................................................................. 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan............................................................................................ .. 16
Saran......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gradien dari kelembaban ialah kepentingan dari dua alasan, yang pertama, tempatnya bebas dari salah satu faktor pengendali evaporasi, dan yang kedua, hal tersebut memperlihatkan yang baru oleh Booker dan lainnya (1974) yang menyatakan bahwa karena dari ini pengaruh pada index refraksi pada gradient kelembaban yang terpenting adalah dalam pembelajaran dari penyebaran dari frekuensi tinggi gelombang elektromagnetik yang berada di luar permukaan bumi (Sutton, 1980).
Dalam sejarah, minat para ilmuwan terhadap pentingnya wilayah hutan dalam daur hidrologi sudah sangat lama. Pada abad pertengahan, raja-raja Perancis menyadari peranan wilayah hutan terhadap aliran sungai. Diawali pada abad ke-17, di Itali telah disadari tentang pengaruh hutan terhadap menurunnya limpasan permukaan dan dengan demikkian bahaya-bahaya banjir dan erosi.
(Seyhan, 1990).
Psikrometer sederhana tanpa ventilasi buatan pada umumnya masih dipakai, terutama pada stasiun klimatologis. Alat ini ditempatkan di dalam sangkar termometer. Termometer bola kering dan termometer bola basahnya dipasang berdekatan dan vertikal dengan bantuan suatu standar. Kain tipis yang membalut bola basah dan menghubungkan tendon sebaiknya dibuat selurus mungkin dan panjangnya sedemikian rupa sehingga air dapat mencapai bola basah dengan suhu bola basah dalam jumlah yang cukup (Prawirowardoyo, 1996).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolute, kelembaban spesifik atau kelembaban relative. Alat untuk mengukur kelembaban disebut hygrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal lembab ( dehumidifier). Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3 % pada 30 oC (86 oF), dan tidak melebihi 0,5 % pada 0 oC (32 oF) (http://.wikipedia.org, 2009).
Kelembaban menjadi istilah dulu menguraikan isi uap air dari atmospir. Hal itu tidak meliputi susunan yang lain di mana embun mungkin hadir pada atmosfer, seperti format cairan ( air droplets) dan format padat ( es). Air yang bersifat atau berasal dari atmosfer dimulai dari permukaan bumi dengan penguapan dan transpirasi. Maka hal tersebut betul-betul yang dipusatkan di dalam lapisan yang lebih rendah mengenai atmosfer tersebut (Ayoade, 1983).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah unutk mengetahui suhu dan kelembaban yang sebenarnya pada daerah bervegetasi dan non vegetasi di atas permukaan tanah.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembaban absolute (absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m3 ). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (specific humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg). Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air, jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (dry air). (Lakitan, 1994).
Metode pengukuran kelembaban udara yang umumnya digunakan ada empat macam, yaitu :
- Metode termodinamik, alat pengukuran berdasarkan metode ini dinamakan psikrometer.
- Metode berdasarkan perubahan ukuran atau dimensi bahan higroskopik.
- Metode absorpsi, yaitu memanfaatkan pengaruh banyaknya kandungan air di dalam suatu bahan terhadap sifat kelistrikannya.
- Metode titik embun.
(Prawirowardoyo, 1996).
Perubahan – perubahan kadar uap air di atmosfer ini didasarkan tempat dan waktu adalah penting karena :
- Jumlah uap air dalam satu massa udara merupakan indikasi dari kapasitas potensial atmosfer untuk presipitasi (hujan).
- Uap air yang mempunyai sifat menghisap radiasi bumi adalah pengatur kecepatan penghilang panas dari bumi dan karenanya sangat berpengaruh terhadap usaha.
- Lebih besar jumlah uap air, lebih besar jumlah energi laten, yang dimaksud energi laten adalah energi untuk merubah bentuk benda, umpamanya dari uap menjadi cair, dari cair menjadi padat dan seterusnya.
(http://teknologibenih.blogspot.com, 2009).
Sebagai tambahan terhadap kelembaban relatif, tekanan uap air, dewpoint, dan temperature gelembung, kelembaban adalah sering dinyatakan dalam cara-cara lain. Begitu, uap air kepadatan digambarkan sebagai banyaknya gram uap air air terdapat di salah satu yang berbentuk sentimeter kubik (cm3). Ini kadang-kadang disebut dengan kelembaban mutlak. Rasio pencampuran menjadi banyaknya gram uap air air dihubungkan dengan satu gram udara kering. Yang akhirnya, kelembaban yang spesifik menjadi banyaknya gram uap air air dihubungkan dengan satu gram dari udara lembab. Sekarang, jika rv menandakan kepadatan uap air, dan r menandakan kepadatan udara kering. Kepadatan uap air dinyatakan dengan gram per sentimeter kubik ( g/cm3) ( Petterssen, 1998).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang (Lakitan, 1994).
Di samping itu, RH (kelembaban) dipengaruhi pula oleh adanya pohon-pohon pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Dengan adanya ramalan cuaca maka kita dapat dengan segera melakukan penyemprotan dengan fungisida. Di daerah tropis yang RH-nya besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil-hasil sayuran, hasil ini akan cepat membusuk yang disebabkan oleh RH tadi (Kartasapoetra, 2004).
Ada dua macam kelembaban udara :
- Kelembaban udara absolut, ialah banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
- Kelembaban udara relatif, ialah perbandingan jumlah uap air dalam udara (kelembaban absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen (%).
Di samping tekanan uap, satuan berikut ini digunakan untuk menjelaskan kandungan uap air udara basah.
- Kelembaban spesifik dari suatu kantung udara adalah perbandingan massa uap air terhadap massa total dari udara basah.
- Kelembaban relatif merupakan satu ukuran bagaimana dekatnya udara untuk menjadi jenuh pada temperatur tertentu.
- Humiditas absolut (mutlak) dinyatakan sebagai massa uap air di dalam satu volume udara yang tetap (misalnya 5 gram air per meter kubik). Variabel kelembaban ini terutama digunakan di dalam bidang teknik.
( Guslim, 2009).
Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh. Umumnya dinyatakan dalam persen.
pA RH = X 100 % pS |
dimana : pA = tekanan uap air aktual.
pS = tekanan uap air pada kondisi jenuh.
(Lakitan, 1994).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di areal Fakultas Pertanian dan hutan Tridharma Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 30 Oktober 2009, pada pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air yang berfungsi sebagai cairan atau larutan untuk membasahi kain muslin.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Assman Psycrometer, sebagai alat untuk mengukur suhu dan kelembaban pada daerah yang tidak bervegetasi dan Sling Psycrometer, sebagai alat untuk mengukur suhu dan kelembaban pada daerah bervegetasi. Meteran untuk mengukur jarak, alat tulis untuk mencatat data dan buku data untuk tempat mencatat data.
Gambar dan Alat
Sling Psycometer
1. Termometer Bola Kering
2. Ventilasi
3. Termometer Bola Basah
4. Tabung aquadest
5. Pegangan.
Gambar 1. Sling Psycrometer
Assman Psycrometer
1. Gantungan.
2. tabung aspirator.
3. Termometer Bola Kering
4. Termometer Bola Basah.
Gambar. 2 Assman Psycrometer
Prosedur Percobaan
- Assman Psycometer.
- Diperiksa keadaan alat.
- Diputar kunci pegas sebanyak 3 – 4 kali searah jarum jam
- Digantung alat pada ketinggian 50 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm diatas permukaan tanah masing-masing selama 1 menit.
- Diamati perubahan skala pada termometer bola kering dan termometer bola basah.
- Sling Psycometer.
- Diperiksa keadaan alat.
- Diputar kunci pegas sebanyak 3 – 4 kali searah jarum jam.
- Digantung alat pada ketinggian 50 cm, 100 cm, 150 cm, 200 cm diatas permukaan tanah masing-masing selama 1 menit.
- Diamati perubahan skala pada termometer bola kering dan termometer bola basah.
Prinsip Kerja Alat
- Assman Psycrometer
Alat ini bekerja berdasarkan energi kinetic yang dibutuhkan oleh perputaran gas aspirator sehingga udara dari luar masuk ke dalam tabung aspirator sehingga mempengaruhi thermometer bola basah dan bola kering.
- Sling Psycrometer
Alat ini bekerja berdasarkan konveksi alami atau perbedaan tekanan sehingga udara luar masuk ke dalam melalui lubang ventilasi dan mempengaruhi thermometer bola basah dan bola kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Daerah Non Vegetasi
Ketinggian | Temperatur | RH | Keterangan | |
TBB | TBK | |||
50 cm | 24 | 29,5 | 63,37 % | cerah |
100 cm | 24,5 | 30 | 63,74% | cerah |
150 cm | 24,5 | 30 | 63,74% | Cerah |
200 cm | 24,5 | 30 | 63,74% | Cerah |
Daerah Non Vegetasi
Ketinggian | Temperatur | RH | Keterangan | |
TBB | TBK | |||
50 cm | 25 | 32 | 56,69 % | Cerah |
100 cm | 26 | 34 | 53,05 % | Cerah |
150 cm | 25 | 32 | 56,69% | Cerah |
200 cm | 24 | 31 | 55,90 % | Cerah |
Data BMG
Tanggal | Kelembaban Nisbi (%) | |||
07.00 | 13.00 | 18.00 | Rata-rata | |
1 | 87 | 64 | 82 | 80 |
2 | 92 | 65 | 82 | 83 |
3 | 90 | 71 | 78 | 82 |
4 | 89 | 64 | 81 | 81 |
5 | 90 | 63 | 81 | 81 |
6 | 93 | 71 | 84 | 85 |
7 | 93 | 74 | 80 | 85 |
8 | 95 | 98 | 84 | 93 |
9 | 97 | 72 | 95 | 90 |
10 | 98 | 67 | 84 | 87 |
11 | 97 | 66 | 80 | 85 |
12 | 95 | 70 | 79 | 85 |
13 | 95 | 71 | 82 | 86 |
14 | 92 | 66 | 79 | 82 |
15 | 95 | 57 | 78 | 81 |
16 | 93 | 59 | 75 | 80 |
17 | 98 | 58 | 78 | 83 |
18 | 93 | 68 | 80 | 84 |
19 | 95 | 68 | 82 | 85 |
20 | 87 | 62 | 72 | 77 |
21 | 92 | 64 | 72 | 80 |
22 | 92 | 65 | 80 | 82 |
23 | 95 | 57 | 75 | 81 |
24 | 87 | 66 | 82 | 81 |
25 | 90 | 65 | 81 | 82 |
26 | 93 | 69 | 76 | 83 |
27 | 93 | 68 | 92 | 84 |
28 | 97 | 68 | 78 | 85 |
29 | 93 | 67 | 78 | 83 |
30 | 97 | 71 | 73 | 85 |
31 | 93 | 68 | 81 | 84 |
Jumlah | 2886 | 2027 | 2487 | 2562 |
Rata-rata | 93,1 | 66,8 | 80,2 | 83,3 |
Persentase RH data BMG
Waktu | % RH |
07.00 | 93,1 % |
13.00 | 66,8 % |
18.00 | 80,2 % |
Perhitungan
1. Daerah Non Vegetasi
- Ketinggian 50 cm
e = 26,853
e max =47,37
RH = 26,853 x 100 % = 56,69 %
47,37
- Ketinggian 100 cm
e = 28,11
e max = 52,98
RH = 28,11 x 100 % = 53,05 %
52,98
- Ketinggian 150 cm
e = 26,855
e max = 47,37
RH = 26,855 x 100 % = 56,9 %
47,37
- Ketinggian 200 cm
e = 25,025
e max = 44,76
RH = 25,o25 x 100 % = 55,90 %
44,76
2. Daerah dengan Vegetasi
- Ketinggian 50 cm
e = 26,64
e max = 41,09
RH = 26,64 x 100% = 63,37 %
41,09
- Ketinggian 100 cm
e = 26,95
e max = 42,28
RH = 26,95 x 100 % = 63,74 %
42,28
- Ketinggian 150 cm
e = 26,95
e max = 42,28
RH = 26,95 x 100 % = 63,74 %
42,28
- Ketinggian 200 cm
e = 26,95
e max = 42,28
RH = 26,95 x 100 % = 63,74 %
42,28
Pembahasan
Dari hasil percobaan di dapat bahwa RH tertinggi yang terjadi pada daerah bervegetasi, yaitu pada ketinggian 100 cm, 150 cm dan 200 cm dengan RH sama besar yaitu 63,74 %. Hal ini dipengaruhi oleh adanya vegetasi di sekitar areal percobaan. Salah satu contoh vegetasi yang ada ialah pohon–pohon yang besar, gulma, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (2004) yang menyatakan bahwa RH (kelembaban) dipengaruhi pula oleh adanya pohon-pohon pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Jadi, semakin rapat atau banyak suatu vegetasi maka semakin tinggi RH (kelembabannya).
Dari hasil percobaan didapat bahwa RH terendah pada daerah bervegetasi adalah pada ketinggian 50 cm dengan nilai 63,37 % dengan keadaan cuaca cerah. Dengan demikian kelembaban bertambah seiring dengan naiknya ketinggian tempat. Hal ini sesuai dengan literature Handoko (1994) yang menyatakan bahwa suhu turun seiring dengan naiknya respirasi dan kelembaban bertambah.
Dari data hasil BMG diketahui bahwa RH terendah terjadi pada pukul 13.00 yaitu dengan rata-rata RH 66,8 %. Hal yang menyebabkan RH rendah dikerenakan pada saat pengukuran dilakukan suhu kurang memadai. Hal ini sesuai dengan literature Susrodarsono (1993) yang menyatakan bahwa RH yang rendah itu dipengaruhi oleh suhu yang kurang memadai dan jumlah yang besar dalam evaporasi dapat memberi dan menjelaskan mengapa samudra dan permukaan tanah yang lembab menjadi hangat dan lebih lambat dari pada permukaan tanah yang kering .
Pada data BMG didapat bahwa RH tertinggi terjadi pada pukul 07.00 WIb dengan RH 93,1 %. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari jumlah embun/uap air yang ada. Pada pagi hari merupakan saat dimana puncak dimana suhu turun drastic. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1994) yang menyatakan bahwa kelembaban udara yang tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut.
Dari percobaan yang dilakukan, di dapat bahwa RH terendah pada daerah non vegetasi adalah pada ketinggian 100 cm pada keadaan cuaca yang cerah dengan RH 53,05 %. Hal ini tidak adanya vegetasi yang terdapat pada daerah tersebut. Bila RH tinggi, tentunya dipengaruhi oleh adanya vegetasi dan laju evapotranspirasi. Dari hal ini dapat diktakan bahwa tanaman mengeluarkan uap air dan oksigen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (2004) yang menyatakan bahwa RH (kelembaban) dipengaruhi pula oleh adanya pohon-pohon pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Jadi, semakin rapat atau banyak suatu vegetasi maka semakin tinggi RH (kelembabannya).
Dari hasil percobaan di dapat bahwa RH tertinggi yang terjadi pada daerah non vegetasi, yaitu pada ketinggian 50 cm dan 150 cm dengan RH sama besar yaitu 63,74 %. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya vegetasi di sekitar areal percobaan. Salah satu contoh vegetasi yang ada ialah pohon–pohon yang besar, gulma, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (2004) yang menyatakan bahwa RH (kelembaban) dipengaruhi pula oleh adanya pohon-pohon pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Jadi, semakin rapat atau banyak suatu vegetasi maka semakin tinggi RH (kelembabannya).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan di lapangan, daerah vegetasi memiliki rata-rata RH lebih tinggi daripada daerah non vegetasi.
2. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui RH tertinggi pada ketinggian 100 cm, 150 cm dan 200 cm pada daerah bervegetasi yaitu 63,74 %.
3. Dari hasil pengamatan di lapangan diketahui RH terendah pada ketinggian 50 cm pada daerah bervegetasi yaitu 63,37 %.
4. Dari hasil data BMG diketahui bahwa RH tertinggi terjadi pada pukul 07.00 dengan % RH = 93,1 %.
5. Dari hasil data BMG diketahui bahwa RH terendah terjadi pada pukul 13.00 dengan % RH = 66,8 %.
Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis adalah dalam pengambilan data dan perhitungan data agar lebih teliti dan berhati – hati.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoade, J.O. 1983. Introduction to Climatology For the Tropics. John Wiley & Sons. New York.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
http://id.wikipedia.org. 2009. Kelembapan. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembaban pukul 17.08 WIB tangal 11 November 2009.
http://manpurbalingga.wordpress.com. 2009. Cuaca dan Iklim. Diakses melalui http://manpurbalingga.wordpress.com/2009/11/05/cuaca-dan-iklim/. Pada tanggal 11 November 2009 pukul 16.43 WIB.
http://teknologibenih.blogspot.com. 2009. Kelembaban Udara. Diakses melalui http://teknologibenih.blogspot.com/2009/10/kelembaban-udara.html. pada tanggal 11 November 2009 pukul 16.31 WIB.
Lakitan, B. 1994. Dasar – Dasar Klimatologi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Petterssen, S. 1998. Introduction to Meteorology. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Prawirowardoyo, S. 1996. Meterologi. Penerbit ITB. Bandung.
Seyhan, E. 1990. Dasar – Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sutton, O.G. 1980. Atmospheric Turbulence. Methuen & Co. LTD. London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar