PENDAHULUAN
Pendapat mana yang paling benar? Sepertinya
hal ini tidak perlu diperdebatkan. Pada kenyataannya, cara pandang peternak
pada sapi peliharaannya akan
sangat mempengaruhi sifat dan perilaku sapi
tersebut. Pada satu peternakan, semakin tinggi pemahaman peternak terhadap
perilaku sapi, akan semakin
tinggi pula kemampuan peternak untuk menangani ternak sapinya dengan baik.
Berdasarkan penelitian, sapi adalah salah satu hewan
yang tidak saja menggunakan insting, tetapi juga pikiran dan perasaan
untuk menghadapi aneka macam situasi dan kondisi. Disamping itu, sapi memiliki
kelebihan dalam hal daya ingat serta daya adaptasi yang kuat. Kemampuan ini
sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara memberikan latihan serta perlakuan
yang konsisten.
Usaha peternakan sapi potong
mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini
disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern,
dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika
dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip
K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi
potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.
Peternakan sapi potong
merupakan peternakan yang paling banyak dipelihara sehingga diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi protein hewani sekaligus dapat
meningkatkan kesejahteraan peternak yang memeliharanya, namun dengan skala
usaha peternakan rakyat yang minimal akan sangat sulit mencapai kedua hal
tersebut.
Sapi merupakan hewan
pemakan rumput yang merubah bahan gizi rendah (rumput) menjadi bahan gizi
tinggi (daging). Merupakan sumberdaya bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan
meningkat sejalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi. Pemeliharaan
saat ini beralih dari ekstensif ke intensif.
FATTENING
(PENGGEMUKAN) PADA SAPI POTONG
Pengertian
Penggemukan Sapi Potong
Penggemukan sapi potong adalah
pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya
melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Jenis-Jenis
Sapi Potong
Beberapa jenis sapi yang digunakan
untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
a. Sapi Bali
Cirinya berwarna merah dengan warna
putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna
hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada
lingkungan yang baru.
b. Sapi Ongole
Cirinya berwarna putih dengan warna
hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya
baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut
Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
produksinya lebih rendah.
c. Sapi Brahman
Cirinya berwarna coklat hingga
coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat,
sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
d. Sapi Madura
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna
kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan
kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
e. Sapi Limousin
Selain itu beberapa
jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi tropis
(sapi Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis (Simental, Limousin,
Shorthorn, Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan sapi persilangan (Brahman
Cross). Sapi potong memiliki ciri seperti tubuh berbentuk persegi empat/balok,
kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi
pakan tinggi.
Pengelolaan
dan Budidaya Sapi Potong
Keberhasilan budidaya
sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik.
Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus sehat, tidak cacat, dada
dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan tubuh yang harmonis, untuk
pejantan mempunyai testis yang normal dan berumur setidaknya 2 tahun (sudah
siap bereproduksi) dengan bobot badan sekitar 250-300 kg (sapi PO).
Bibit merupakan bagian awal dari
usaha penggemukan, oleh karena itu penting untuk diperhatikan pemilihan bibit.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan sapi bakalan atau
bibit :
a. Pilih sapi bakalan yang kurus
tetapi sehat,dan tidak cacat.
b. Pemilihan bangsa sesuaikan dengan
permintaan pasar.
c. Pilih
sapi jantan, karena sapi jantan pertambahan bobot badan jauh lebih tinggi
dibanding sapi betina. Disamping itu pemoyongan sapi betina dilarang oleh
Undang-Undang Peternakan.
d. Bobot
badan awal sapi bakalan untuk sapi putih sebessar 250 kg dan sapi keturunan
minimal 300 kg.
Lokasi kandang harus
strategis, dekat dengan lokasi pertanian dan perkebunan agar terjalin integrasi
tanaman-ternak, cukup jauh (± 50 m) dari pemukiman, memiliki sumber air bersih
dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan memenuhi syarat,
sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase limbah baik, mudah
dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, tahan injak,
terdapat tempat pakan dan minum.
Ada 2 tipe kandang :
(1) Kandang koloni; terdiri dari satu ruangan untuk memelihara ternak dalam
jumlah banyak. Kandang seukuran 7 x 9 m dapat menampung 20 ekor sapi. (2)
Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan, digunakan untuk memelihara satu
ekor ternak. Kandang seukuran 2,25 x 1 m atau 3,75 m2/ekor.
Kandang merupakan salah satu aspek
yang cukup penting dalam pemeliharaan sapi karena perkandangan merupakan faktor
yang cukup menentukan bagi kelancaran usaha ternak tersebut. Kandang yang baik
dapat membantu dan mempermudah para tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya dengan lebih efektif dan efisien, membantu dalam meningkatkan
konversi pakan dan laju pertumbuhan serta kesehatan ternak.
Pemilihan lokasi penting untuk
diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari, terutama untuk
kandang yang dibangun permanent dan kandang kelopok, karena pemindahan kandang
peramanen maupun kelompok memerlukan biaya yang mahal. Lokasi untuk mendirikan
kandang sapi harus memenuhi persyaratan antara lain :
Rancangan
sederhana kandang sapi potong
Atap
Fungsi dari atap adalah untuk
menaungi kandang agar ternak tidak kehujanan atau kena sinar mata hari
langsung. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk atap disesuakan dengan bahan
yang tersedia dilokasi dan ketiggian tempat pembangunan kandang. Untuk dataran
rendah dan sedang dapat digunakan rumbia, dan genteng. Sedang seng bekas
digunakan untuk daerah dataran tinggi dimasudkan agar dapat memeberi efek panas
pada siang hari dan menyerap panas.
Fungsi dari kerangka kandang adalah
membentuk bangunan kandang secara utuh dan menahan kekuatan kandang. Bahan yang
digunakan untuk membuat kerangka dipilih dari bahan yang kuat dan tersedia
disekitar , seperti bamboo, atau kayu-kayu bekas yang masih kuat.
Lantai
Lantai berfungsi untuk pijakan dan
menahan ternak. Lantai sebaiknya diploor/ diplester dibuat dari ubin yang kuat,
agar mudah membersihkannya Sedang untuk lantai kandang dibuat miring agar air
kencing mudah menampungnya dan kotoran mudah membersihkannya.
Dinding
Dinding kandang berfungsi untuk
menjaga agar sapi tidak keluar, menahan anginan langsung masuk kekandang dan
menahan udara hangat agar tetap hangat pada waktu siang dan malam hari pada
daerah dataran tinggi.Untuk dataran rendah- sedang ( ketinngian dibawah 1000 m
dpl ) dinding kandang dibuat hanya separo dari dinding dan dinding dibuat bilah
bamboo atau kayu yang dibuat berjajar horizontal. Sedang untuk dataran tinggi (
ketinggian diatan 1000 m dpl ) dinding kandang sebaiknya tertutup rapat dari
dua pertiga dinding kandang dan bagian atas dibuat terbuka atau dibuat pagar
dari bilah bamboo dengan jarak 30 -50 cm.
Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk jalan
keluarnya udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan jalan masuk udara
bersih (O2) ke dalam kandang. Supaya pertukaran udara bisa lancar
ventilasi harus diperhatikan saat pembuatan dinding kandang.
Arah Kandang
Kandang dibangun mengarah ke Timur
agar dapat sinar matahari langsung pada pagi hari. Sinar matahari pagi sangat
penting untuk ternaknya karena sinar mata hari yang kena langsung ke ternak
dapat membantu prosese pembentukan vitamin D dan membantu pengeringan
kandang.Kandang yang kering tidak mudah untuk berkembangnya bakteri dan virus.
Penyekat Kandang
Ruangan kandang perlu disekat-sekat
menjadi beberapa bagian. Manfaat penyekat ialah untuk memisahkan ternak-ternak
berdasarkan status fisiologi (pejantan, induk bunting,
induk beranak/ menyusui, anak sapihan dan penggemukan) sehingga :
Contoh model kandang sapi potong
Ukuran Luas Kandang Perekor
Jantan lokal (umur 12 bulan)
Jantan keturunan (umur 12 bulan)
Ukuran Kandang
Tinggi: 2,5 – 3 m
Lebar: 2-2,5 m
Letak tempat pakan dari lantai: 40 cm
Tinggi dinding tempat pakan: 90 cm
Lebar bagian atas tempat pakan: 60 cm
Hijauan rumput yang
biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum
purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja
(Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro
(Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal
(Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian
yang dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan
tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang
tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu
diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi.
Produktivitas ternak
ruminansia dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme/ probiotik dalam
pakan guna meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua
cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui
teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan).
Akan sangat penting untuk
diperhatikan, karena pakan sangat besar pengaruhnya terhadap pertambahan bobot
badan sapi. Pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan , reproduksi, dan
produksi daging. Zat gizi utama yang dibutuhkan sapi potong adalah protein dan
energi ( Tillman et al, 1998 ).
Pengertian
Tentang Pakan
Secara umum pakan sapi terdiri dari
hijauan antara lain berasal dari rumput lapangan, rumput unggul, limbah pertanian,
leguminosa dan hijauan lain. Permasalahan yang dihadapi peternak adalah pakan
hijauan di wilayah Indonesia pada umumnya kurang baik sehingga untuk memenuhi
kebutuhan gizi ternak perlu tambahan pakan konsentrat. Oleh karena itu
penggemukan sapi yang hanya diberi pakan hijauan saja tanpa ditambah pakan
konsentrat tidak mungkin pertambahan bobot badan bisa maksimal seperti yang
petani harapkan. Sebagai contoh ternak sapi putih ( PO ) dara yang mendapat
pakan ruput lapang dan jerami padi bobot badan yang dicapai berkisar 0,24
kg/ekor/hari dibandingkan sapi potong yang mendapat pakan rumput lapang dan
jerami dengan ditanbahn konsentrat bobot badan yang dicapai 0,65 kg/ekor/hari.
Dedak Padi Pakan Sapi Premix Pakan Sapi
Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam pemberian pakan :
Beberapa jenis penyakit
yang dapat menyerang pada sapi, yaitu :
Usaha pemeliharaan sapi
saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan pembibitan (reproduksi).
Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian
pakan penguat yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk
pertanian seperti katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini
ternak dikandangkan terus menerus
2. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas
ternak di padang penggembalaan
3. Penggemukan
campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture
fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat).
Pengembangan sapi
potong dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu :
Pakan yang berkualitas dan dalam
jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan
pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan
yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai
nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
Ternak dengan kualitas genetik yang
baik akan tumbuh dengan baik/cepat
sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat
daripada ternak betina, sehingga pada
umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
Pemeliharaan dengan manajemen yang
baik membuat sapi tumbuh dengan
sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi
lebih singkat.
sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi
lebih singkat.
Peran sapi potong sangat strategis
sebagai sumber pendapatan petani. Berdasarkan besarnya skala usaha peternakan
sapi potong ada 4 pola usaha yaitu ; sapi potong sabagai usaha sambilan, cabang
usaha, usaha pokok dan industri. Sebagai gambaran jumlah sapi potong di
Indonesia sebanyak 10,73 juta ekor yang diusahakan oleh 2,86 juta Rumah Tangga
Tani.
Dari jumlah sapi potong tersebut
sekitar 80 % merupakan petani peternak skala kecil yang merupakan usaha
sambilan. Menurut Baharsyah (1992) untuk meningkatkan pendapatan petani maka
pemeliharaan petani sapi potong diarahkan menjadi usaha komersial dengan
pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis mulai dari pra produksi, produksi,
pengolahan dan pemasaran.
Disamping berperan sebagai sumber
pendapatan, sapi potong sangat berperan dalam menyumbang daging nasional.
Sambangan daging asal sapi potong terhadap daging nasional terus menurun dan
telah digantikan daging ayam potong. Menurut Asosiasi Produsean Daging dan
Feedlot Indonesia (APFINDO ) pada tahun 2009 kebutuhan daging nasional sebesar
399.535 ton dan dari kebutuhan tersebut sebanyak 66,2 % dipenuhi dari
pemotongan sapi-sapi lokal, sisanyan dipenuhi dari impor daging, jeroan dan
sapi bakalan. Total impor daging mencapai 75.000 ton. Jawa Tengah sebagai
sumber sapi potong ke dua nasional, jumlah sapi potong sebanyak 1,46 juta ekor yangmampu
menymbang daging nasional sebanyak 37.
Berikut ini analisis finansial usaha
penggemukan sapi potong
Program swasembada
daging ini merupakan respon adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi daging
meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging dan sapi hidup yang
jumlahnya terus meningkat pada dasawarsa terakhir, dimana pada tahun 2002 nilai
impor daging (termasuk produk olahannya) dan sapi hidup mencapai
US$106.003.410,00 sedangkan populasi sapi potong secara nasional dari tahun
1994 – 2002 mengalami penurunan sebesar 3,1 persen per tahun (BPS, 2003 dan
Anonim, 2005). Menurut data Ditjennak (2004) disitasi Anonim (2005), populasi sapi potong tahun 2000 – 2004
berturut-turut adalah 11.008.017, 11.137.701, 11.297.625, 10.504.128,
10.726.347 ekor. Sementara itu, impor daging dan sapi hidup telah menganggu
sistem pasar lokal sebagaimana yang telah terjadi pada peternak sapi di Jawa
Barat yang mengeluhkan akan adanya daging sapi impor karena telah menurunkanpenjualannya
hingga 50%.
Saat ini usaha
peternakan untuk menghasilkan sapi bakalan (cow calf operation) dalam negeri 99 persen dilakukan oleh
peternakan rakyat yang sebagian besarnya berskala kecil dengan tingkat
kepemilikan 1 – 5 ekor per KK. Usaha ini biasanya terintegrasi dengan kegiatan
lainnya, sehingga fungsi sapi sangat kompleks. Oleh karenanya pembuatan
kebijakan dalam pembangunan peternakan tidaklah terlepas dari kondisi objektif
bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tidak memilahmilah secara jelas antara
peternakan dan pertanian umumnya. Hal ini dikarenakan sistemusahatani yang
masih bersifat subsisten yang banyak oleh petani gurem. Banyaknya peternakan
rakyat yang berperan dalam menghasilkan sapi bakalan ini mendorong perlunya
pengembangan peternakan berbasis kerakyatan. Hal yang menjadi permasalahan
adalah bahwa kepemilikan ternak yang relatif kecil tersebut secara ekonomis
kurang menguntungkan sementara petani tidak secara khusus melakukan kegiatan
usaha peternakan. Ini, tentu saja, memerlukan upaya bagaimana meningkatkan
usaha peternakan dengan tetap terintegrasi dengan sistem usahatani yang tengah
dilangsungkannya.
Aspek penting dalan usaha sapi potong adalah produksi bakalan (pedet) untuk
penggemukan (Feede Catle) dan hasil penggemukannya (Fattening). Pada aspek
penggemukan masalah yang ditemui adalah :
a). Bobot awal penggemukan (bakalan
dibawah 250 kg)
b). Pakan kwalitas dan kwantitasnya rendah
c). Pemeliharaan terlalu lama (lebih
dari 6 bulan).
Pada hal target pertumbuhan sapi
potong yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian dalam Program Percepatan
Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) pertambahan bobot sapi potong
Peranakan Onggole (PO) di atas
0,7 kg/ekor/hari, sapi keturunan diatas 0,9 kg/ekor/hari dan bobot
potong sapi PO diatas 400 kg dan sapi keturunan diatas 500 kg.
Mengembangkan sapi potong sangat
menguntungkan apabila dilihat dari segi ekonominya. Selain produk daging juga
menghasilakan pupuk kandang dan dapat dimanfaatkan juga sebagi tenaga kerja.
Hasil ikatan lainnya juga dapat dimanfaatkan:
Sapi sebelum fattening Sapi sesudah
fattening
Ganbar
perbedaan Sapi sebelum fattening dengan
Sapi sesudah
fattening
http://www.scribd.com/doc/19206169/Teknologi-Penggemukan-Sapi-Potong, diakses pada
tanggal 30 November 2010.
http://banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=164:budidaya-ternak-sapi-potong&catid=11:leaflet&Itemid=11, diakses pada
tanggal 30 November 2010.
http://featikabsinjai.blogspot.com/2009/03/penggemukan-sapi-potong-dengan-nutrisi.html, diakses pada
tanggal 30 November 2010.
http://andiwawan-tonra.blogspot.com/2008/12/penggemukan-sapi-potong-dengan-nutrisi.html, diakses pada
tanggal 30 November 2010.
http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-ternak-sapi-potong-dengan-nutrisi/, diakses pada
tanggal 30 November 2010.