Powered By Blogger

Kamis, 20 Oktober 2011

integrasi ternak perkebunan


PENDAHULUAN

Pendapat mana yang paling benar? Sepertinya hal ini tidak perlu diperdebatkan. Pada kenyataannya, cara pandang peternak pada sapi peliharaannya akan sangat mempengaruhi sifat dan perilaku sapi tersebut. Pada satu peternakan, semakin tinggi pemahaman peternak terhadap perilaku sapi, akan semakin tinggi pula kemampuan peternak untuk menangani ternak sapinya dengan baik.
Berdasarkan penelitian, sapi adalah salah satu hewan  yang tidak saja menggunakan insting,  tetapi juga pikiran dan perasaan untuk menghadapi aneka macam situasi dan kondisi. Disamping itu, sapi memiliki kelebihan dalam hal daya ingat serta daya adaptasi yang kuat. Kemampuan ini sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan cara memberikan latihan serta perlakuan yang konsisten.
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.
Peternakan sapi potong merupakan peternakan yang paling banyak dipelihara sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi protein hewani sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan peternak yang memeliharanya, namun dengan skala usaha peternakan rakyat yang minimal akan sangat sulit mencapai kedua hal tersebut.
Sapi merupakan hewan pemakan rumput yang merubah bahan gizi rendah (rumput) menjadi bahan gizi tinggi (daging). Merupakan sumberdaya bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan meningkat sejalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi. Pemeliharaan saat ini beralih dari ekstensif ke intensif.


FATTENING (PENGGEMUKAN) PADA SAPI POTONG

Pengertian Penggemukan Sapi Potong

 Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi potong dengan cara mengandangkan secara terus menerus selama waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan bobot badan dan diperoleh daging yang baik sebelum di potong. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peternakan termasuk dalam penggemukan yaitu :bibit (bakalan), pakan dan manajemen. Pemilihan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan harus semua di perhatikan.
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).

Jenis-Jenis Sapi Potong
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
a. Sapi Bali
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
b. Sapi Ongole
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
c. Sapi Brahman
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
d. Sapi Madura
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.
e. Sapi Limousin
Selain itu beberapa jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi tropis (sapi Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis (Simental, Limousin, Shorthorn, Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan sapi persilangan (Brahman Cross). Sapi potong memiliki ciri seperti tubuh berbentuk persegi empat/balok, kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi pakan tinggi.
Pengelolaan dan Budidaya Sapi Potong

Keberhasilan budidaya sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik. Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus sehat, tidak cacat, dada dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan tubuh yang harmonis, untuk pejantan mempunyai testis yang normal dan berumur setidaknya 2 tahun (sudah siap bereproduksi) dengan bobot badan sekitar 250-300 kg (sapi PO).
Bibit merupakan bagian awal dari usaha penggemukan, oleh karena itu penting untuk diperhatikan pemilihan bibit. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan sapi bakalan atau bibit :
a. Pilih sapi bakalan yang kurus tetapi sehat,dan tidak cacat.
b. Pemilihan bangsa sesuaikan dengan permintaan pasar.
c. Pilih sapi jantan, karena sapi jantan pertambahan bobot badan jauh lebih tinggi dibanding sapi betina. Disamping itu pemoyongan sapi betina dilarang oleh Undang-Undang Peternakan.
d. Bobot badan awal sapi bakalan untuk sapi putih sebessar 250 kg dan sapi keturunan minimal 300 kg.


  
Lokasi kandang harus strategis, dekat dengan lokasi pertanian dan perkebunan agar terjalin integrasi tanaman-ternak, cukup jauh (± 50 m) dari pemukiman, memiliki sumber air bersih dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan memenuhi syarat, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase limbah baik, mudah dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, tahan injak, terdapat tempat pakan dan minum.
Ada 2 tipe kandang : (1) Kandang koloni; terdiri dari satu ruangan untuk memelihara ternak dalam jumlah banyak. Kandang seukuran 7 x 9 m dapat menampung 20 ekor sapi. (2) Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan, digunakan untuk memelihara satu ekor ternak. Kandang seukuran 2,25 x 1 m atau 3,75 m2/ekor.
Kandang merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam pemeliharaan sapi karena perkandangan merupakan faktor yang cukup menentukan bagi kelancaran usaha ternak tersebut. Kandang yang baik dapat membantu dan mempermudah para tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya dengan lebih efektif dan efisien, membantu dalam meningkatkan konversi pakan dan laju pertumbuhan serta kesehatan ternak.
Pemilihan lokasi penting untuk diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari, terutama untuk kandang yang dibangun permanent dan kandang kelopok, karena pemindahan kandang peramanen maupun kelompok memerlukan biaya yang mahal. Lokasi untuk mendirikan kandang sapi harus memenuhi persyaratan antara lain :
Rancangan sederhana kandang sapi potong
Atap
Fungsi dari atap adalah untuk menaungi kandang agar ternak tidak kehujanan atau kena sinar mata hari langsung. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk atap disesuakan dengan bahan yang tersedia dilokasi dan ketiggian tempat pembangunan kandang. Untuk dataran rendah dan sedang dapat digunakan rumbia, dan genteng. Sedang seng bekas digunakan untuk daerah dataran tinggi dimasudkan agar dapat memeberi efek panas pada siang hari dan menyerap panas.
Fungsi dari kerangka kandang adalah membentuk bangunan kandang secara utuh dan menahan kekuatan kandang. Bahan yang digunakan untuk membuat kerangka dipilih dari bahan yang kuat dan tersedia disekitar , seperti bamboo, atau kayu-kayu bekas yang masih kuat.
Lantai
Lantai berfungsi untuk pijakan dan menahan ternak. Lantai sebaiknya diploor/ diplester dibuat dari ubin yang kuat, agar mudah membersihkannya Sedang untuk lantai kandang dibuat miring agar air kencing mudah menampungnya dan kotoran mudah membersihkannya.


Dinding
Dinding kandang berfungsi untuk menjaga agar sapi tidak keluar, menahan anginan langsung masuk kekandang dan menahan udara hangat agar tetap hangat pada waktu siang dan malam hari pada daerah dataran tinggi.Untuk dataran rendah- sedang ( ketinngian dibawah 1000 m dpl ) dinding kandang dibuat hanya separo dari dinding dan dinding dibuat bilah bamboo atau kayu yang dibuat berjajar horizontal. Sedang untuk dataran tinggi ( ketinggian diatan 1000 m dpl ) dinding kandang sebaiknya tertutup rapat dari dua pertiga dinding kandang dan bagian atas dibuat terbuka atau dibuat pagar dari bilah bamboo dengan jarak 30 -50 cm.
Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk jalan keluarnya udara kotor (CO2) dari dalam kandang dan jalan masuk udara bersih (O2) ke dalam kandang. Supaya pertukaran udara bisa lancar ventilasi harus diperhatikan saat pembuatan dinding kandang.
Arah Kandang
Kandang dibangun mengarah ke Timur agar dapat sinar matahari langsung pada pagi hari. Sinar matahari pagi sangat penting untuk ternaknya karena sinar mata hari yang kena langsung ke ternak dapat membantu prosese pembentukan vitamin D dan membantu pengeringan kandang.Kandang yang kering tidak mudah untuk berkembangnya bakteri dan virus.
Penyekat Kandang
Ruangan kandang perlu disekat-sekat menjadi beberapa bagian. Manfaat penyekat ialah untuk memisahkan ternak-ternak berdasarkan status fisiologi                      (pejantan, induk bunting, induk beranak/ menyusui, anak sapihan dan penggemukan) sehingga :





Contoh model kandang sapi potong
Ukuran Luas Kandang Perekor
Jantan lokal (umur 12 bulan)
Jantan keturunan (umur 12 bulan)
Ukuran Kandang
Tinggi: 2,5 – 3 m
Lebar: 2-2,5 m
Letak tempat pakan dari lantai: 40 cm
Tinggi dinding tempat pakan: 90 cm
Lebar bagian atas tempat pakan: 60 cm

Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi.
Produktivitas ternak ruminansia dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme/ probiotik dalam pakan guna meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan).
Akan sangat penting untuk diperhatikan, karena pakan sangat besar pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan sapi. Pakan diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan , reproduksi, dan produksi daging. Zat gizi utama yang dibutuhkan sapi potong adalah protein dan energi ( Tillman et al, 1998 ).

Pengertian Tentang Pakan
Secara umum pakan sapi terdiri dari hijauan antara lain berasal dari rumput lapangan, rumput unggul, limbah pertanian, leguminosa dan hijauan lain. Permasalahan yang dihadapi peternak adalah pakan hijauan di wilayah Indonesia pada umumnya kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak perlu tambahan pakan konsentrat. Oleh karena itu penggemukan sapi yang hanya diberi pakan hijauan saja tanpa ditambah pakan konsentrat tidak mungkin pertambahan bobot badan bisa maksimal seperti yang petani harapkan. Sebagai contoh ternak sapi putih ( PO ) dara yang mendapat pakan ruput lapang dan jerami padi bobot badan yang dicapai berkisar 0,24 kg/ekor/hari dibandingkan sapi potong yang mendapat pakan rumput lapang dan jerami dengan ditanbahn konsentrat bobot badan yang dicapai 0,65 kg/ekor/hari.

Dedak Padi Pakan Sapi                                                                                Premix Pakan Sapi




Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan :

Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang pada sapi, yaitu :

Usaha pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan pembibitan (reproduksi). Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak dikandangkan terus menerus
2. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas ternak di padang penggembalaan
3.  Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat).
Pengembangan sapi potong dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu :


 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging sapi  adalah:
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat
sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada
umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan
sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi
lebih singkat.
Peran sapi potong sangat strategis sebagai sumber pendapatan petani. Berdasarkan besarnya skala usaha peternakan sapi potong ada 4 pola usaha yaitu ; sapi potong sabagai usaha sambilan, cabang usaha, usaha pokok dan industri. Sebagai gambaran jumlah sapi potong di Indonesia sebanyak 10,73 juta ekor yang diusahakan oleh 2,86 juta Rumah Tangga Tani.
Dari jumlah sapi potong tersebut sekitar 80 % merupakan petani peternak skala kecil yang merupakan usaha sambilan. Menurut Baharsyah (1992) untuk meningkatkan pendapatan petani maka pemeliharaan petani sapi potong diarahkan menjadi usaha komersial dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran.
Disamping berperan sebagai sumber pendapatan, sapi potong sangat berperan dalam menyumbang daging nasional. Sambangan daging asal sapi potong terhadap daging nasional terus menurun dan telah digantikan daging ayam potong. Menurut Asosiasi Produsean Daging dan Feedlot Indonesia (APFINDO ) pada tahun 2009 kebutuhan daging nasional sebesar 399.535 ton dan dari kebutuhan tersebut sebanyak 66,2 % dipenuhi dari pemotongan sapi-sapi lokal, sisanyan dipenuhi dari impor daging, jeroan dan sapi bakalan. Total impor daging mencapai 75.000 ton. Jawa Tengah sebagai sumber sapi potong ke dua nasional, jumlah sapi potong sebanyak 1,46 juta ekor yangmampu menymbang daging nasional sebanyak 37.
  
Berikut ini analisis finansial usaha penggemukan sapi potong
Program swasembada daging ini merupakan respon adanya fakta bahwa kebutuhan konsumsi daging meningkat yang ditandai dengan kecenderungan impor daging dan sapi hidup yang jumlahnya terus meningkat pada dasawarsa terakhir, dimana pada tahun 2002 nilai impor daging (termasuk produk olahannya) dan sapi hidup mencapai US$106.003.410,00 sedangkan populasi sapi potong secara nasional dari tahun 1994 – 2002 mengalami penurunan sebesar 3,1 persen per tahun (BPS, 2003 dan Anonim, 2005). Menurut data Ditjennak (2004) disitasi Anonim (2005), populasi sapi potong tahun 2000 – 2004 berturut-turut adalah 11.008.017, 11.137.701, 11.297.625, 10.504.128, 10.726.347 ekor. Sementara itu, impor daging dan sapi hidup telah menganggu sistem pasar lokal sebagaimana yang telah terjadi pada peternak sapi di Jawa Barat yang mengeluhkan akan adanya daging sapi impor karena telah menurunkanpenjualannya hingga 50%.
Saat ini usaha peternakan untuk menghasilkan sapi bakalan (cow calf operation) dalam negeri 99 persen dilakukan oleh peternakan rakyat yang sebagian besarnya berskala kecil dengan tingkat kepemilikan 1 – 5 ekor per KK. Usaha ini biasanya terintegrasi dengan kegiatan lainnya, sehingga fungsi sapi sangat kompleks. Oleh karenanya pembuatan kebijakan dalam pembangunan peternakan tidaklah terlepas dari kondisi objektif bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tidak memilahmilah secara jelas antara peternakan dan pertanian umumnya. Hal ini dikarenakan sistemusahatani yang masih bersifat subsisten yang banyak oleh petani gurem. Banyaknya peternakan rakyat yang berperan dalam menghasilkan sapi bakalan ini mendorong perlunya pengembangan peternakan berbasis kerakyatan. Hal yang menjadi permasalahan adalah bahwa kepemilikan ternak yang relatif kecil tersebut secara ekonomis kurang menguntungkan sementara petani tidak secara khusus melakukan kegiatan usaha peternakan. Ini, tentu saja, memerlukan upaya bagaimana meningkatkan usaha peternakan dengan tetap terintegrasi dengan sistem usahatani yang tengah dilangsungkannya.
Aspek penting dalan usaha sapi potong adalah produksi bakalan (pedet) untuk penggemukan (Feede Catle) dan hasil penggemukannya (Fattening). Pada aspek penggemukan masalah yang ditemui adalah :
a). Bobot awal penggemukan (bakalan dibawah 250 kg)
b). Pakan kwalitas dan kwantitasnya rendah
c). Pemeliharaan terlalu lama (lebih dari 6 bulan).
Pada hal target pertumbuhan sapi potong yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian dalam Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) pertambahan bobot sapi potong Peranakan Onggole (PO) di atas           0,7 kg/ekor/hari, sapi keturunan diatas 0,9 kg/ekor/hari dan bobot potong sapi PO diatas 400 kg dan sapi keturunan diatas 500 kg.
Mengembangkan sapi potong sangat menguntungkan apabila dilihat dari segi ekonominya. Selain produk daging juga menghasilakan pupuk kandang dan dapat dimanfaatkan juga sebagi tenaga kerja. Hasil ikatan lainnya juga dapat dimanfaatkan:

Sapi sebelum fattening                                                Sapi sesudah fattening











Ganbar perbedaan  Sapi sebelum fattening dengan
Sapi sesudah fattening
































saran Anda di Blog ini....Terima kasih : : . .. . : : Selamat Datang di Blog PA Soponyono...Silahkan mengisi komentar dan

saran Anda di Blog ini....Terima kasih : : . .. . : : Selamat Datang di Blog PA Soponyono...Silahkan mengisi komentar dan

ilmu hati

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2180:mengajarlah-dengan-ilmu-dan-hati&catid=159:artikel-kontributor

Ilmu Pembersih Hati

Ilmu Pembersih Hati

ainun sayang


tobacco mozaic virus



Pada 1927 Johnson mengusulkan sebuah sistem terhadap penamaan dan pengelompokan virus tanaman. Pada dasarnya bahwa sebuah virus harus disebut bersamaan (vernakular) terhadap tanaman inang, dengan sebuah penambahan nomor. Selanjutnya virus mozaik tembakau harus disebut dengan virus tembakau 1 (Tobacco virus1). Pada tahun 1937 yang lalu Smith mengusulkan bahwa nama yang akan dilatinkan dan nama generik dari tanaman inang yang digunakan, jadi virus tembakau 1 (Tabacco virus 1)  menjadi Nikotiana virus 1. Ini dilanjutkan dengan penggunaan sistem binomial latin, selain virus mozaik tembakau disebut juga dengan Marmor tabaci.
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat.[1] Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara mempopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.
Virus dapat dianggap sebagai paket kecil informasi asing yang pesannya hanya dapat dibaca oleh inang yang rentan. Protein virus hanya bertindak sebagai mantel pelindung selama masa istirahat virus, akan tetapi dapat juga memainkan peran dalam pengenalan selama berlangsungnya infeksi. Jumlah gen demikian terbatas (kurang dari 10 pada Tobacco Mozaik Virus I), sehingga virus tidak mempunyai informasi untuk membangun sendiri sistem energitik serta sistem protein, dengan demikian sepenuhnya virus bergantung pada inang yang hidup. Virus hanya mempunyai satu tipe asam nukleat, yang dikenal dengan DNA atau RNA.
Pengintegrasian dari pengendalian hama ke dalam sistem produksi tembakau telah berkembang secara perlahan-lahan pada beberapa tahun ini. Kebanyakan dari bahan yang dimasukkan adalah yang bersifat patologis dan entomologis dilakukan secara terpisah, dan kebanyakan pengembangan dan implementasinya adalah tindakan program sendiri seperti yang dideskripsikan secara rringkas.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Virus ini banyak menyerang pertanaman tembakau di Indoesia, bahkan serangannya sampai berat. Infeksinya sangat mudah, dengan jalan kontak dan menyentuh tanaman yang sehat. Dapat pula ditularkan oleh kutu putih Bernisia tabaci, yakni dengan cara kutu berpindah-pindah ke daun tembakau, menghisapdaging daun dan menyebarkan penyakit.
Tanaman yang tersearang, pertumbuhannya akan terhambat, daun berbelang-belang berwarna hijau sampai kuning, baik pada permukaan atas maupun permukaan bawah. Luas daun atas besar daun tidak rata, warna hijau kehitam-hitaman, bagian tulang daun tampak meneabal. Batang kadang berkerut dan melengkung.













Adapun klasifikasi tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Solanales
Famili              : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus              : Nicotiana 
Spesies            : Nicotiana tabacum L.

Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman        50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulubulu akar. perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air,dan subur.

Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.

Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai.

Syarat Tumbuh

Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah. Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan ratarata 1.500-3.500 mm/tahun. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.
Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 – 900 mdpl.



VIRUS MOSAIK TEMBAKAU (TMV)

Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) lain. Gejala yang ditimbulkan adalah bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar, seperti mosaik. TMV adalah virus pertama yang ditemukan orang.
Adolf Meyer (1883) menunjukkan pertama kali bahwa gejala mosaik ini dapat menular, seperti penyakit bakteri. Keberadaan adanya substansi non-bakteri pertama kali ditunjukkan oleh Dmitri Ivanovski, biologiwan Rusia, pada tahun 1892. Daun sehat yang diolesi ekstrak daun tembakau yang menunjukkan gejala mosaik dapat tertular. Ketika ekstrak itu disaring dengan saringan keramik -- yang sangat halus sehingga bakteri pun tidak dapat menembus -- dan dioleskan pada daun sehat, daun itu pun tetap tertular. Ivanovski berpendapat ada substansi super kecil yang bertanggung jawab atas gejala tersebut. Martinus Beijerinck mengonfirmasi hal ini. Isolasi pertama kali dilakukan oleh Wendell M. Stanley (1935) dari Institut Rockefeller AS.

Karakteristik
Virus memiliki titik inaktivasi pemanasan 94ºC, titik pengenceran terahir 1 : 1.000.000. dalam daun tembakau virus sanggup bertahan sampai puluhan tahun. Zarahzarah (virion) virus mosaic tembakau berbentuk batang-batang yang panjangnya 280 nm dan tebalnya 15nm.
Tembakau virus mosaik memiliki tampilan seperti batang. kapsid adalah terbuat dari 2130 molekul protein mantel (lihat gambar ke kiri) dan satu molekul basa RNA genom 6.400 panjang. Protein mantel merakit diri ke dalam batang seperti struktur heliks (16,3 protein per helix putar) di sekitar RNA yang membentuk struktur loop jepit rambut (lihat mikrograf elektron di atas). Monomer protein terdiri dari 158 asam amino yang dirakit menjadi empat-alfa heliks utama, yang bergabung dengan loop terkemuka proksimal dengan sumbu virion tersebut. Virion ~ 300 nm panjang dan ~ 18 nm dalam diameter. microphotographs elektron negatif bernoda menunjukkan saluran batin yang berbeda ~ 4 nm. RNA terletak di radius ~ 6 nm dan dilindungi dari tindakan enzim seluler oleh mantel protein Ada tiga RNA nukleotida per monomer protein. X-ray difraksi serat struktur virus utuh berdasarkan kerapatan elektron 3,6 Å peta pada resolusi.
Adapun klasifikasi tobacco mosaic virus (TMV) adalah sbagai  berikut:
Group
              : Group IV ((+)ssRNA)
Genus              : Tobamovirus
Species
            :Tobacco mosaic virus

Gejala
Gejala yang disebabkan oleh virus mosaik tembakau (TMV) adalah agak tergantung pada tanaman inang dan dapat termasuk mosaik, bintik-bintik, nekrosis, pengerdilan, daun keriting, dan menguning dari jaringan tanaman. Gejala tersebut sangat tergantung pada umur tanaman terinfeksi, kondisi lingkungan, strain virus, dan latar belakang genetik dari tanaman inang, temperatur, kondisi cahaya, faktor gizi, dan stres air. Strain dari TMV juga menginfeksi tomat, kadang-kadang menyebabkan hasil yang buruk atau terganggu buah, tertunda pematangan buah, dan warna buah seragam.
Gejala dapat termasuk nekrosis pada setiap bagian tanaman, penggundulan dan gejala mosaik pada daun, batang, dan buah. Umumnya, tanaman yang terinfeksi memiliki mosaik khlorosis dengan distorsi pada daun muda, dan pendek. Buah dapat mengatur berat berkurang pada tanaman yang terkena dampak. Pada cabai, gejala umum dibangkitkan gundukan dan daerah lekir dari dan gelap hijau terang pada dedaunan, dengan buah yang matang tidak merata dan berkurang ukurannya. Parah daun yang terkena terdistorsi atau mereka mungkin memiliki suatu nekrosis sepanjang pembuluh darah utama dan disertai dengan layu daun akan mengenai buah kecil dan dapat rusak dengan khlorosis atau nekrotik daerah.
Gejala Mosaic dicirikan oleh patch tercampur normal dan lampu hijau atau warna kekuningan pada daun tanaman yang terinfeksi. Mosaik tembakau merusak daun, bunga, dan buah-buahan dan penyebab pengerdilan tanaman. Virus ini hampir tidak pernah membunuh tumbuhan, tapi menurunkan kualitas dan kuantitas dari tanaman, khususnya saat tanaman terinfeksi ketika muda.
Tanaman yang terinfeksi Virus sering bingung dengan tanaman yang terkena polusi herbisida atau kerusakan udara, defisiensi mineral, dan penyakit tanaman lainnya. Identifikasi positif virus mosaik pada tanaman tembakau terinfeksi sering membutuhkan jasa seorang ahli patologi tanaman dan penggunaan mikroskop elektron. Walaupun mungkin diperlukan ahli patologi tanaman untuk mendiagnosa virus mosaik tembakau pada tanaman hias banyak, sebagian tanaman tomat menunjukkan gejala mosaik biasanya terinfeksi oleh virus mosaik tembakau.

 

 

Siklus

 

Foto yang diambil dengan mikroskop elektron dari agak kaku, partikel virus berbentuk batang-virus mosaik tembakau dari tomat terinfeksi. Bar merupakan 200 nanometer atau 0,000008 inci.  Virus berbeda dari jamur dan bakteri dalam bahwa mereka tidak menghasilkan spora atau struktur lain yang mampu menembus bagian-bagian tanaman. Karena virus tidak memiliki metode aktif untuk masuk ke sel tanaman, mereka harus mengandalkan menyebabkan luka mekanis, perbanyakan vegetatif tanaman, mencangkok, biji, serbuk sari, dan sedang dilakukan pada bagian mulut serangga mengunyah. virus mosaik tembakau ini paling sering dimasukkan ke dalam tanaman melalui luka kecil yang disebabkan penanganan dan oleh serangga menggigiti bagian-bagian tanaman.  Yang paling umum sumber inokulum virus untuk virus mosaik tembakau adalah tanaman yang terinfeksi puing-puing yang tersisa di dalam tanah dan produk tembakau terinfeksi tertentu yang mencemari tangan pekerja. Cerutu, rokok, dan tembakau pipa bisa terinfeksi virus mosaik tembakau. Penanganan bahan-bahan merokok mengotori tangan, dan penanganan selanjutnya tanaman hasil dalam penularan virus. Oleh karena itu, jangan merokok sambil menangani atau tanam tanaman.  Setelah virus memasuki tuan rumah, itu mulai berkembang biak dengan menginduksi sel inang untuk membentuk virus lebih. Virus tidak menyebabkan penyakit dengan mengkonsumsi atau membunuh sel-sel melainkan dengan mengambil alih proses metabolisme sel, mengakibatkan fungsi sel abnormal. fungsi metabolik abnormal dari sel yang terinfeksi disajikan sebagai gejala mosaik dan lainnya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. tanaman yang terinfeksi menjadi penampungan untuk virus dan virus dapat ditransmisikan dengan mudah (baik secara mekanis atau oleh serangga) pada tanaman sehat.

Pencegahan dan Pengendalian
Usaha pengendalian penyakit virus (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada serangga vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang dapat mematikan virus. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai, antara lain ;
Tidak seperti bahan kimia yang digunakan fungisida untuk mengendalikan penyakit jamur, sampai saat ini tidak ada perawatan kimia efisien yang melindungi bagian-bagian tanaman dari infeksi virus. Selain itu, ada perawatan kimia tidak dikenal digunakan isian di bawah kondisi yang menghilangkan infeksi virus tanaman dari jaringan setelah mereka lakukan terjadi Praktis berbicara, tanaman yang terinfeksi oleh virus tetap begitu. Dengan demikian, pengendalian virus mosaik tembakau terutama difokuskan pada mengurangi dan menghilangkan sumber virus dan membatasi penyebaran oleh serangga. Telah diketahui untuk bertahan hingga 50 tahun di bagian-bagian tanaman kering. Oleh karena itu, sanitasi adalah praktek yang paling penting dalam mengendalikan virus mosaik tembakau.


DAFTAR PUSTAKA


Apple, J. L., and Ray, F. S., 1976. Integrated Pest Management. Plenum Press. New York and London.

Bowery, T. G., Evans, W. R., Guthrie, R. E., and Rabb, R. L., 1959. Insecticide Residues On Tobacco, J. Agr Food Chem.

Duriat, Ati Srie. 1995. Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, (Online), (http://www.tanindo.com, diakses 17 Oktober 2009).

Hopkins, J. C. F., 1956. Tobacco Diseases. The Commonwealth Mycological Institute Kew, Surrey.
http://simchungwei.blogspot.com/2008/02/pedoman pengendalian diakses tangggal 20 september 2010.

Lucas, G. B., Campbell, C. L., and Lucas L. T., 1985. Introduction To Plant. The AVI Publishing Company, Inc. Westport, North California.

Madden, A. H., and Chamberlin, F. S., 1945. Biology Of The Tobacco Hornworm In The Southerm Cigar-Tobacco Distric. USDA Tech. Bull.
Semangun, Haryono. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia (Edisi Kedua). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudarmono, S., 1992. Tembakau Pengendalian dan Penyakit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Triharso., 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Walkey, DGA., 1985. Applied Plant Virology. A Wiley-Interscience Publication. New York.
Wikipedia (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Tobacco_mosaic_virus, diakses 17 Oktober 2009).